Sudah sering kita mendengarnya, "merokok itu tidak bisa dihentikan..". Ungkapan itu, disampaikan oleh para perokok, saat diajak untuk mencoba mengurangi hisapan rokok di setiap harinya. Saking kuatnya keyakinan itu, satu sisi dia meyakini bahwa hal itu tidak bisa dihentikan, dan pada sisi lain, hampir bisa dipastikan dalam setiap harinya, untuk beberapa waktu dalam perjalanan hidupnya, pasti saja harus merokok.
Setidaknya ada ungkapan penjelasan terhadap sikap dan kelakuannya itu. Pertama, kejadian pada teman sekantor, bila telat merokok perasaannya gak nyaman di tubuh, pikiran kacau tidak karuan, dan berpengaruh pada pekerjaannya. Untuk sekedar mengetikkan sesuatu saja, bisa terlaksanakan dengan baik bila sudah berjalan beberapa waktu, dan tumpahan kertas salahnya sudah habis berlembar-lembar.
"ah, kacau aku, harus berhenti dulu.." pintanya. Sebuah permintaan, yang yang sering terdengar dan kemudian dikabulkan oleh teman yang lainnnya, dengan maksud untuk memulihkan kondisi mentalnya lagi.
Alasan kedua, saat diajak mengurangi rokok, dia dengan jelas dan tegas, mengatakan, bahwa dalam siklus hidupnya, setiap dua jam sekali jam-biologis tubuhnya akan menagihnya. Orang lain menilainya, sudah seperti kecanduan atau ketagihan, sehingga tidak bisa meningalkan kebutuhannya tersebut. Alhasil, ya, sudah bisa dipastikan, setiap jam-jam tertentu, pasti saja harus melepaskan waktu kerja hanya untuk melaksanakan kebutuhannya tersebut.
Lebih ekstrim lagi, ada seorang teman, beliau kini sudah pensiunan. Menurut pengakuannya, dalam satu hari, dia bisa saja, menghabiskan 4 -- 5 bungkus rokok dalam sehari. Hampi dipastikan, menurut pengakuannnya, tidak ada detik tersisa, yang dilewatkan untuk merokoknya.
Bahkan, saking gilangnya menurut pengakuan dustanya, di perjalanan saja walaupun naik kendaraan dia akan berusaha untuk menyempatkan merokok. "ah, luar biasa, maniaknya..".
Nah, di sinilah, uniknya. Uniknya bulan suci Ramadhan.
Walaupun hari ini, baru masuk hari kedua. Namun, factual sudah mulai banyak dilihat dan disaksikan bersama. Mungkin benar, agak sedikit menyiksa bathin dan jasad bagi sejumlah orang. Demikianlah ungkapan beberapa perokok.
Sakitnya perokok yang ketagihan merokok, mungkin tidak jauh beda dengan ketagihan makan, bagi anak-anak kita yang baru berusia belasa tahun. Baru juga, jam 10-an, mereka sudah merek nangis minta makan dan minum. Gejala dan kejadian itu, tidak jarang terjadi di tengah keluarga kita.
Sakit memang. Mungkin itulah yang dirasakan oleh pelaku. Bahkan, sakit dan pedihnya, dirasakan pula oleh kita sebagai orangtua, saat melihat anak-anak kita, yang masih dibawah usia, masih pagi buta sudah merengek makan dan minum.
Sebagai orangtua, kerap kali merasa sedih bila melihat kejadian itu. Minat untuk memberikan Pelajaran hidup disiplin dan kemampuan mengatur diri, berbenturan dengan kebelumsiapannya anak-anak mungil kita dalam mengendalikan kebutuhan biologisnya.