Ini bukan permainan kata. Ini semua adalah bicara kata yang merujuk fakta, atau fakta yang diungkap menjadi kata, sehingga kita bicara dengan kata-kata, dan berkata dengan fakta, atau dengan fakta kita bicara, atau bicara berdasarkan fakta.
Sekali lagi. Ini bukan sebuah permainan kata, bahwa ada kata yang terdiri dari huruf K, I, T dan A. Kalau lah disusun dengan susunan yang sama dengan urutan itu, maka lahirkan KITA. Inilah, kata yang menjadi fakta, atau fakta yang sudah mewujud menjadi sebuah kata. Fakta memiiki nilai bila sudah dikatakan, dan kata akan menjadi berharga kalau sudah menjadi fakta.
Kita adalah sebuah identitas. Melebur aku, dan kau, tetapi berbeda dengan mereka. Aku bukanlah kau. Kau bukanlah aku. Aku dan Kau bisa saling mengaku, tapi tidak saling meng-kau. Aku bukanlah kita, tetapi kita adalah keakuan yang diakui, dan harus diakui oleh setiap aku-aku.
Aku dan pengakuan tentang Aku, adalah sebuah keakuan yang aku-aku. Pengakuan tentang KITA, hendaknya menjadi sebuah keakuan untuk era di zaman ini, sehingga hidup menjadi sebuah harmoni.
Jika setiap orang hanya mengaku tentang keakuannya AKU aja, maka potensi intrik dan konflik bisa menguat. Ketika pengakuan AKU dihadapan dengan DIA, maka potensi renggang bisa terjadi. Karena itulah, untuk membangun keharmoniannya, ego ini berharap menjadi KITA, itulah yang harus diakui oleh setiap-aku-aku.
Dalam KITA, ada IKAT. Unsurnya sama, tetapi hubungannya yang yang kuat. IKAT adalah energi kebersamaan, keharmonian atau kerukunan. Dengan energi ini, yang berbeda tetaplah beda, namun ada energi kerukunan. Itulah yang disebutnya bhinnekatunggal ika. Hubungan kebersamaan dari sebuah perbedaan, karena ada ikatan yang diakui sebagai kekitaan bersama.
Persoalannya ikatan, bisa berkaitan. Tetapi, saling keterkaitan, bila tidak disadari dan tidak miliki bersama, potensi menjadi sebuah kekuatan organisasi.
Bukan karena kebetulan, jika susunan dan ikatan itu berubah, serta perubahannya tidak beraturan, maka kehadiran diri ini, dan itu, akan menjadi TAIK. Kotoran sosial, kotoran politik, kotoran budaya, kotoran agama.
Oknum, andai hendak disebut demikian, mengakui diri sebagai anggota Masyarakat. Namun dia tidak hadir di tengah Masyarakat. Menjadi masalah bagi Masyarakat. Menjadi beban bagi Masyarakat. Menjadi perusak system sosial yang tumbuhkembang di Masyarakat. Maka, itulah TAIK sosial dalam kehidupan kita.
Ada oknum, mengakunya sebagai elit politik. Hadirnya lima tahun sekali. Pekerjaannya memburu proyek negara. Lingkungannya kaum oligarkhi. Semangatnya menjual asset negara. Rutinismenya merayu dan memanipulasi aspirasi rakyat. Tampil sekedar gambar, bukan karya nyatanya. Maka. Itulah TAIK politik dalam kehidupan kita.