Lihat ke Halaman Asli

Momon Sudarma

Penggiat Geografi Manusia

Tentang Asam, Komen Netizen Memang Asam

Diperbarui: 6 Desember 2023   15:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : pribadi, image creator, bing.com

Sangat ramai, dijagat maya.  Hanya, karena keceletot kata, yang tepatnya asam folat, malah menyebut asam sulfat, menjadi dunia maya ramai. Ramai banget. Netizen itu, memang jeli. Atau, boleh dibilang iseng, dan jail juga.

Di sebut jeli, karena ternyata, dalam rangkaian acara yang panjang, penggalan yang menarik perhatian itulah, yang kemudian menjadi 'layak ratting'.  Iya, betul, sesuatu yang aneh, unik, atau beda dari biasanya, kemudian menjadikan sesuatu itu menjadi layak ratting. Karena ada isu asam sulfat itulah, kemudian, sejumlah media sosial mendapatkan ratting yang tinggi, dan kecipratan rezeki dari kasus seperti itu.

Lha, bagi kita, apa yang didapatkannya ?  mungkin juga, ada yang sekedar iseng. Iseng dalam pengertian, turut meramaikan situasi dan keadaan saja. Awalnya pun, hanya ikut ketawa-ketiwi, karena memang tidak paham, apa bedanya asam sulfat dan asal folat. Hanya mereka yang ada di dunia akademik, atau yang belajar ilmu kimia atau biologi, atau sains sajalah, yang memahami hal serupa itu. Sementara, mereka yang tidak belajar pengetahuan serupa itu, hanya ikut-ikutan iseng atau jail untuk meramaikan situasi.

Wacana ini, tidak bermaksud mengulas hal serius serupa itu. Khawatir, salah paham juga, lebih baik kita melihatnya dari sisi pengalaman persekolahan. 

Iya, ini, sekedar pengalaman menjalani profesi sebagai tenaga pendidik, memang kebutuhan untuk menjelaskan konsep itu menjadi sangat penting. Penting banget.

Dalam kurikulum 2023 ini, pengetahuan ini masuk dalam kategori pengetahuan faktual .  Di masyarakatnya, jenis pengetahuan faktual ini, boleh disebut istilah-istilah ilmiah. Istilah asam sulfat, asam folat, asam lambung, atau asam urat, adalah sejumlah istilah yang ada dalam kajian kedokteran, biologi, kimia atau sains modern. Bisa jadi, seseorang bisa menyebutkan konsep-konsep itu, dan itu adalah pengetahuan faktual . Tetapi, manakala  kita, lebih kenal istilah daripada pemahaman, maka hal tersebut masuk kategori verbalisme, hanya kenal istilah, tidak kenal maksud atau esensinya.

lebih tinggi dari itu, ada jenis pengetahuan konseptual, yakni abstrasi dari gejala alam yang ada, model atau teori. Misalnya, untuk menjelaskan mengenai hubungan asam sulfat dengan aki mobil, atau asam folat dengan ibu hamil, maka dibutuhkan penjelasan atau abstrasi hubungan antara kedua hal tersebut.

Ah, kita terlalu jauh menjelaskan hal itu. Tema yang hendak dimaksudkan di sini, bukan terkait dengan jenis-jenis pengetahuan tersebut, melainkan sebuah kebutuhan mendesa, kepada generasi muda kita, untuk bisa memahami sesuatu dengan tepat. Mengapa hal itu penting ? 

Saksikan bersama, apa yang terbayang, jika seorang elit politik  mengatakan "hari ini mirip orde baru?".  Kalau  kita tidak paham, kata orde baru, karakter orde baru, maka kita akan terjebak menolak penilaian itu, atau mengikuti penilaian tersebut.

Atau, yang lainnya, "saksikan penampilan dari kandidat yang gemoy..", Apa arti gemoy, dan apa makna dibalik itu semua ? sekali lagi, kalau kita tidak paham dengan makna dari sebuah kata, maka kita akan terjebak dengan verbalisme.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline