Lihat ke Halaman Asli

Momon Sudarma

Penggiat Geografi Manusia

Bahagia itu Sederhana, Lho!

Diperbarui: 4 Desember 2023   05:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : pribadi, image creator, bing.com 

Orang mengatakan, bahwa bahagia itu sederhana. Kelihatannya, kata-kata itu, tidak tepat seluruhnya, tetapi juga tidak  keliru. Karena memang, untuk bisa berbahagia, kita tidak mesti mengendarai kendaraan istimewa, atau kendaraan berbiaya mahal. Mengendarai kendaraan dengan sapi sebagai penariknya pun, kita dapat merasakan kebahagiaan. Seperti itulah, yang banyak dirasakan oleh orangtua kita dulu di desa. Atau, perasaan serupa itu, yang bisa dirasakan oleh mereka yang masih bisa  menikmati kebahagiaan alamiah.

Sekali lagi, kata-kata yang tadi disebutkan, "bahagia itu adalah sederhana", itu, memiliki pembenaran, dengan kasus-kasus yang serupa tadi. Kasus serupa tadi, naik kendaraan desa, jalan-jalan di desa, dan bercengkrama dengan orang desa, bukanlah satu pencitraan. Bukan. Justru kalau untuk pencitraan, bisa jadi, kebahagiaan alamiah itu, menjadi sirna. Pupuslah sudah kebahagiaan itu, bila kita melakukan hal tersebut, diimbuhi dengan motif pencitraan.

sumber : pribadi, image creator, bing.com

Bisa saja, para kandidat sebagaimana yang kini mulai banyak bermunculan di berbagai penjuru kota dan desa, melakukan publikasi komunikasi dan interaksinya dengan masyarakat. Sejumlah baligo di pasang, diberbagai penjuru kota, dengan memuat ilustrasi seakan-akan menjadi Pahlawan Rakyat, dan Pejuang Rakyat. Mereka memasang sejumlah ilustrasi, kata, dan juga gambar bahkan video seakan-akan bertemu dengan rakyat kecil, bercengkrama, dan juga ketawa-ketiwi dengan rakyat. Mereka berusaha untuk menunjukkan sikap sebagai kandidat pemimpin yang  peduli kepada rakyat.

Sementara dilain pihak, rakyat pun, dengan suka cita menghadapi rangsangan hasrat dari wakil rakyat itu. Rakyat banyak datang berduyun-duyun, dan meneriakkan kata yang harus diucapkan, sebagaimana pesanan dari promotornya. Kemudian, beberapa menit berikutnya, mereka akan mendapatkan kupon untuk diganti dengan makanan, minuman, atau dengan benda yang lainnya. Entahlah, karena biasanya, disetiap daerah akan berbeda  bentuk dan jenisnya. Bahkan, bingkisan itu akan berbeda sesuai dengan derajat sosial yang datangnya. 

Eh,  maksudnya. apa ?

Ya, begitu. Kalau kita kenampakkan, kelihatannya cerdas dan  kritis, paling diberi brosur dan pamplet mengenai visi dan misi. Sedikit istimewa, yakni diberi buku-saku terkait dengan program kerja yang direncanakan. Tetapi, kalau kenampakkan kitanya adalah seperti rakyat pada umumnya, maka bendanya akan berkutat di sekitar sembako.

Apakah dengan hadiah-hadiah seperti itu, mereka bisa bahagia ? 

Bila demikian adanya, berarti, bahagia itu bukan sederhana, melainkan, bahagia itu ternyata hanya sesaat. Karena, selepas bubaran kegiatan, rakyat banyak itu, akan menghadapi kenyataan hidup untuk waktu yang sangat panjang. Akankah, kebahagiaan itu bersifat sesaat ?

Sekali lagi, mestinya kita mengatakan, bahagia itu bukan sederhana dan bukan sesaat, namun, bahagia itu adalah kompleks dan harus lestari berkelanjutan. Janganlah, hadiah sesaat, melupakan agenda hasrat kita untuk mendapatkan kebahagiaan sejati dan berkelanjutan di masa depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline