Lihat ke Halaman Asli

Momon Sudarma

Penggiat Geografi Manusia

Pikukuh Baduy, Tanpa Perubahan

Diperbarui: 20 Maret 2022   17:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Adakah diantara kita, yang bermaksud memancing gairah perubahan terhadap Urang Kanekes ? bisa jadi, ada yang setuju, dan ada pula yang tidak setuju. Bagi mereka yang tidak setuju, akan mengedepankan argumentasi, bahwa Urang Kanekes memiliki hak dan kedaulatan adat, atau kedaulatan budaya untuk memegang teguh prinsip dan nilai budaya yang dianut dan diyakininya. Sementara, bagi mereka yang bermaksud untuk mencoba menawarkan gagasan perubahan, bisa jadi, berusaha untuk memberikan argumentasi yang bernuansa untuk meratu Urang Kanekes, dengan hal-hal yang baru dan menarik di zaman ini.

Sekedar contoh, menerangkan mengenai perubahan zaman akibat teknologi. Dikenalnya tv, komputer, kendaraan, smarthphone dan lain sebagainya. Bahkan, perubahan-perubahan dari sisi penampilan pun, seperti busana, dan kendaraan, serta asesoris pun bisa dijadikan media yang dipromosikan kepada Urang Kanekes.

Apakah dengan cara serupa itu, akan berhasil ?

Tidak selamanya berhasil. Ini adalah jawaban yang bisa disampaikan di sini. Di sebut demikian, karena memang, ada Sebagian Urang Kanekes yang kemudian pindah dari Baduy Dalam ke Baduy Luar, dengan tingkat kepatuhan terhadap Pikukuh yang lebih cair. Tetapi, khusus untuk Urang Baduy Dalam (Tangtu), keindahan dan gemerlapan urang luar (dangka) atau kehidupan  orang luar Baduy, tidak menarik.  Tidak menarik perhatian dan Hasrat orang-orang Kanekes.  Kesimpulan ini, setidaknya dapat diamati dari sikap Jaro Sami, berujar, "Keun bae batur barubah, urang mah moal barobah", (biarkan saja orang lain berubah, kami tak akan berubah). Pernyataan ini, kita kutip dari  Ahmad MS (2020:88).

Keteguhan Urang  Kenekes (Baduy) memang sangat terkenal, dan unik. Terkenal, karena sampai sekarang, ada tiga daerah Baduy Dalam yang masih sangat kukuh dan kuat, dalam memegang adat leluhurnya. Uniknya, dalam kesehariannya sendiri, mereka tetap berinteraksi dengan orang luar Baduy.

Urang Kanekes bukan hanya berinteraksi dengan Baduy Luar (Panamping), tetapi juga dengan orang luar Baduy.  Urang Kanekes, bisa berinteraksi dengan orang kota, atau pemerintahan, seperti di Lebak, Pandeglang, atau masyarakat Jakarta dan Bandung. Dengan media jualan madu, serta kerajinan kampung Baduy, mereka berinteraksi dan bertransaksi secara terbuka. Uniknya, proses interaksi dan transaksi serta kenampakkan di luar Baduy itu,  tidak menarik gairah hidup Urang Kanekes untuk berubah. Inilah, prinsip hidup yang mereka anut selama ini, "Keun bae batur barubah, urang mah moal barobah",

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline