Lihat ke Halaman Asli

Momon Sudarma

Penggiat Geografi Manusia

Menciumi Kebun Tetangga

Diperbarui: 2 Februari 2022   14:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Di setiap harinya.  Entah pagi hari, atau sore hari. Saat matahari terbit, atau menjelang matahari terbenam. Halaman rumah tetangga, tampak terlihat indah. Indah.  Indah bukan hanya dalam pandangan, tetapi juga menghadirkan ketenangan bagi mereka yang memandangnya. Itulah rasa dan perasaan yang dialami oleh Tatang.

"surga itu, sudah kau miliki..." ucapnya dalam khayalan yang entah untuk keberapa kalinya, hadir dalam impian itu.  Ucapan itu, diberikannya kepada seorang Lelaki Tua sang pemilik taman, tetangga Tatang saat itu.

Kebun tetangga, tampak indah dalam matanya. Matanya tampak merekah dibuatnya.

Kebun tetangga itulah yang menjadi ulahnya, disetiap pagi atau sore harinya.

Waktu terus berlalu, dan zaman pun beralih. Sang tetangga memiliki pikiran dan harapan, untuk pindah dari lokasi yang Tatang tinggali. Sang pemilik kebun itu, lelaki tua dan perkasa, dengan gagah menghampiri  Tatang.

"bukankah kau kerasan dengan taman yang ku miliki ?" ungkapnya dengan tegas. Dia bilang demikian, mungkin karena saking seringnya melihat lirikan Tatang, di setiap pagi dan sore harinya.  Tuturan itu, bisa jadi, sebagai sebuah sindiran, atau juga sebagai sebuah bentuk kepekaan terhadap situasi dan kondisi.

Tatang kaget dibuatnya. Lamunannya selama ini, ternyata terbaca orang. Gerak gerik matanya, ternyata terrekam banyak pihak. Laku dan ucapnya, ternyata terdokumentasi dalam benak masyarakat.

"aku tidak senakal itu.." ucapnya dengan ragu. "bukankah, keindahan langit,  menjadi hak manusia untuk menikmatinya ?" bantahnya dalam posisi membela kelakuannya selama ini. Kita tahu, Tuhan menciptakan ragam keindahan, dan setiap manusia bebas untuk menikmatinya.

"tidak semua ciptaan bisa dinikmati dengan sempurna", tutur sang lelaki tua dihadapannya. "ada kenikmatan karena perasaan, dan ada kenikmatan karena kepemilikan, dan ada kenikmatan karena kita menjadi bagian utuh dari kenikmatan". Keutuhan dari kenikmatan itu akan mewujud dalam kondisi kesejatian.

"hari ini, aku akan berikan kepadamu, taman indah yang selama ini, kau impikan dan bayangkan, untuk kau milikinya.." ungkap dengan singkat, dan kemudian dia pun pergi entah kemana. Taman kebun tetangga pun, ditinggalkannya, dihadapan Tatang yang kini, termangu, terkaget-kaget oleh keadaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline