Lihat ke Halaman Asli

Momon Sudarma

Penggiat Geografi Manusia

Tidak Mesti Radikal dalam Melakukan Perubahan

Diperbarui: 7 Januari 2021   07:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

via impulsapopular.com

Kita sering mendengar kata inovasi. Dalam dunia pendidikan pun, kita sering mendengar dan menggunakan istilah pentingnya mengembangkan keterampilan berpikir inovasi dan kreatif. Tetapi, pertanyaan dasar dan pokoknya, adalah apa yang dimaksud dengan inovasi, dan atau bagaimana cara mengembangkannya.

Cukup banyak definisi mengenai inovasi. Dalam wacana ini, kita akan menggunakan rumusan baru mengenai inovasi. Inovasi yang kita maksudkan itu adalah formulasi dari pembaharuan, keoperasionalan dan komersialisasi. 

Sebuah inovasi, perlu menunjukkan adanya kebaharuan. Kebaharuan itu, bisa dalam bentuknya, prosesnya atau teknologinya. Sisi kedua, ada nilai operasional. 

Sesuatu dianggap inovatif, manakala menilai fungsi operasional, bisa diterapkan. Sesuatu disebut baru, karena memiliki aspek yang diperbaiki dan lebih mudah diterapkan dibandingkan dengan sebelumnya. Kemudian, aspek yang terakhir, memiliki nilai ekonomi (komersial).

Dari pemahaman ini, kemudian kita bisa memahami peta inovasi, sebagaimana yang dikembangkan Dewan Riset Nasional. Menurut Dewan Riset Nasional (2018:6), setidaknya sebagaimana yang ada tertera dalam dokumen publikasinya, ada empat peta yang biasa dimasukkan dalam kategori inovatif.  

Dalam konteks paparannya, DRN membuat peta ini dalam konteks perusahaan, yakni membandingkan antara teknologi dengan pasar. Pada wacana ini, kita akan meminjam konsepnya, dan kemudian dikembangkan ke dalam konteks yang kita ajukan di sini.

Pertama, incemental innovation.

Kategori ini, yakni pengembangan teknologi yang ada kepada masyarakat yang ada. Dalam istilah lain, konsep kategori pertama ini, dapat juga disebut  al-ibtikar al-tadrijiyu.

Seorang pemimpin daerah, mengubah pola komunikasi, dari menunggu keluhan masyarakat menjadi turun ke lapangan (blusukan). Kegiatan ini, pada dasarnya, kegiatan inovatif dengan teknologi yang ada, yakni komunikasi lisan, kepada masyarakat yang ada saat ini.

Kedua, architectural innovation.

Kategori ini, untuk menggambarkan penggunaan teknologi yang ada, untuk masyarakat atau pasar yang baru. Dalam istilah lain, dapat disebut pula sebagai al-ibtikar al-mu'amariyu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline