Lihat ke Halaman Asli

Momon Sudarma

Penggiat Geografi Manusia

Komunis, Tidak Berbahaya?

Diperbarui: 23 September 2017   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai anak muda, yang lahir  selepas perang Kemerdekaan, atau selepas kejadian PKI, memang tidak melihat langsung mengenai peristiwa itu. Kami, atau kita semua, yang segenerasi dengan angkatan ini, hanya mendapatkan informasi dari berbagai sumber, termasuk film G30S/PKI, atau pelajaran sejarah yang didapat di dalam kelas.

Namun ada satu pertanyaan umum, yang bisa diajukan kepada negara ini, khususnya pada akademisi, atau elit politik yang memiliki 'alam bawah sadar' ingin membela PKI. Apakah komunisme, sebagaimana yang dianut oleh PKI, tidak berbahaya bagi negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) ?

Pertama, komunisme adalah sebuah ideologi. Pancasila pun adalah sebuah ideologi. Apakah ideologi Komunis tidak membahayakan keberadaan Pancasila sebagai ideologi negara ?

Kedua, sosioalis-komunisme, yakin pada dialektika materialisme. Artinya, tidak percaya pada aspek mitos, mistis atau teologi. Apakah dengan demikian, tidak bertentangan dengan Sila Pertama Pancasila ?

Ketiga, sejak tahun 1917, komunnis memproklamasikan 'komunisme internasional', dengan pusat di Moskow. Kendati telah mengaami pergeseran makna dan sejarah, hal ini memberi gambaran mengena gagasan trans-nasionalismenya komunis. Jika kemudian, PKI berkuasa di negara kita, apakah NKRI akan tetap nasionalisme Indonesia yang berideologi Pancasila ?

Terakhir,  kebebasan berfikir itu adalah hak kita. hak setiap individu. penghargaan terhadap individu, adalah kewajiban kita, termasuk pada mereka yang pernah terlibat pada organisasi yang terlarang atau dilarang oleh negara. Kita semua paham, bahwa sikap negara itu, kadang tidak ilmiah, dan cenderung politik. Sehingga wajar, bila kemudian ada sebagian diantara kita yang mengartikan bahwa pelarangan PKI di Indonesia ini, lebih bersifat politik daripada akademik. Bisa jadi, itu mirip dengan argumentasinya kalangan Masyumi di masa lalu, atau HT di masa sekarang ini. Mereka adalah korban politik buka korban nalar akademis ?

apakah penalaran seperti ini, pun, tidak berbahaya bagi masa depan negara kita ?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline