Lihat ke Halaman Asli

Momon Sudarma

Penggiat Geografi Manusia

Negara "Hyper-sensitive"

Diperbarui: 20 Agustus 2017   00:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Peka itu penting. Tanpa kepekaan, banyak situasi yang potensial menyebabkan kita dalam kerugian, kehinaan, kecelakaan, atau kejadian yang tidak diinginkan.

Tempo hari. Jika saja, kami tidak peka.  Perlombaan tarik tambang anak-anak, bisa menyebabkan kejadian yang tidak diinginkan. Mereka melaksanakan lomba tarik tambang, didepan tiang basket. Postur tiang basket itu, persegi empat, dan ujung besinya runcing. Terbayang sudah, bila satu kelompok bersikap "jail", dan kemudian melepas tarikan lawannya, otomatis si lawan akan terpelanting ke belakang, dan kemudian nabrak tiang basket tersebut. benturan antara tubuh, terlebih lagi jika kepala, dengan tiang basket, bukan sesuatu yang diinginkan. 

Pengalaman serupa, sebenarnya terjadi dalam beberapa tahun belakang. Seorang siswa, berlumuran darah, karena kepalanya membentur tiang basket, yang cukup kuat bila berbenturan dengan kepala. ujung cerita, anak itu pun harus diboyong ke rumah sakit terdekat untuk mendapat pengobatan. Dalam konteks itulah, peka atau sensitif terhadap situasi dan kejadian, menjadi sangat penting.

Peka itu penting. Tetapi, sikap peka, tidak boleh ditunjukkan dalam bentuk sikap yang lebay.  Karena merasa peduli, seorang anak remaja, bersikap protektif kepada teman dekatnya. "Suami bukan, tapi protektif banget sih.." keluh siswi perempuan, saat menceritakan kelakuan cowoknya itu. "dia bilang sih, peduli.. tapi aku malah merasa tidak nyaman dibuatnya..."

Kelakuan berfotonya mantan Presiden di Istana, adalah sesuatu yang positif. Kejadian itu adalah modal sosial yang positif dan sehat, bagi masa depan Indonesia. Tetapi, sekali  lagi, kita harus peka yang proporsional, dan tidak perlu lebay. Kelakuan berfoto itu, perlu diapresiasi sebagai sekedar gejala sosial, dan tidak perlu ditafsirkan terlalu jauh. tidak perlu lebay, untuk mengaitkannya dengan 'peluang koalisi di tahun 2019', misalnya.

Justru, seharusnya, kita peka dengan situasi-situasi yang tidak tampak, namun terasa pengaruhnya. Mislanya, tingginya harga garam. Banjirnya, tenaga asing ke dalam negeri. Tingginya utang negara. Masih munculnya tindakan korups dikalangan pejabat. maraknya narkoba di lingkaran selebritis. Semua itu, ada pesan-pesan sosial yang bersifat nasional, dan perlu disikapi dengan tegas, dan cepat. Jika kita kehilangan kepekaan atau malah hypersensitif terhadap masalah keseharian, kita akan dilelahkan oleh masalah-masalah sepele.

Saya termasuk kurang paham. Apa yang terjadi dengan pembakaran umbul-umbul. Polisi seolah sudah menunjukkan sikap kepekaan, dan kemudian bertindak cepat, terhadap pembakar umbul-umbul (yang mungkin kebetulan berwarna merah dan berwarna putih), sebagai tindakan penistaan terhadap simbol negara. Pertanyaan sederhana masyarakat, apakah umbul-umbul adalah simbol negara ? atau, apakah umbul-umbul adalah bendera ? kita setuju. lambang  jika lambang negara atau simbol negara, harus dijaga !  tetapi, hypersensitif, kita akan menghilangkan nalar dan objektivitas !

Sekali lagi, Negara wajib  memiliki kepekaan. Peka terhadap kelakuan warganya.  Peka terhadap kelakuan elit politik di sekitarnya. Juga, harus peka terhadap kelakuan para pengusaha atau broker ekonomi asing.  Negara atau pemerintah wajib memiliki kepekaan terhadap situasi dan kondisi bangsa ini. Tanpa kepekaan, negara akan mudah tergelincir pada "kecelakaan". 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline