Lihat ke Halaman Asli

Sopir Taksi Lebih Pintar

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bertanya aku ke sopir taksi

- mengapa jatuh ke sopir?

Jawabnya singkat sederhana

- perkara perut

Mau tahu paling pangkal kian menggebu

- bukan sebab mulut?

Menyangkal kini jawabnya

- makan masuk mulut disimpan di perut, bukan dibalik!

Penasaranku bukan main atas jawabnya

- tapi engkau sarjana penuh!

Jawabnya nyaan makin menyangkal

-belum ada undang-undang sopir taksi jangan sarjana

-belum ada undang-undang setiap sarjana wajib jadi pegawai negeri

-belum ada undang-undang sarjana adalah mahluk intelek yang harus dilindungi

-belum ada undang-undang bila pegawai negeri adalah sarjana, maka gajinya tidak

sama dengan yang bukan sarjan yang walaupun masa kerjanya telah menguap lama

Mulai terpepet aku atas jawabnnya. Tapi pertanyaan-pertanyaan penasaran berdesak-desakan mendesak mululutku habis-hasbisan untuk menyampaikannya padanya.

Diam aku, malu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline