Minyak mentah atau Trading crude oil merupakan salah satu komoditi yang diperdagangkan di bursa berjangka komoditi atau futures exchange. Trading oil futures atau perdagangan berjangka minyak mentah ternyata menempati urutan pertama di bursa berjangka sebagai komoditi paling banyak diperdagangkan.
CME Group yang merupakan gabungan dari bursa Chicago Board of Trade (CBOT), New York Mercantile Exchange (NYMEX), Chicago Mercantile Exchange (COMEX) mencatat lima kontrak komoditi paling likuid diperdagangkan selama kuartal II-2015 lalu.
Komoditi
Volume Harian Rata-rata
Crude Oil (WTI)
720,370
Jagung
384,580
Gas Alam
320,478
Kedelai
230,257
Gandum
183,152
Ada alasan kuat mengapa volume perdagangan oil menempati urutan teratas. Yaitu karena minyak mentah merupakan sumber energi utama di dunia. Konsumsi minyak mentah dunia sangatlah besar . Untuk 2016, Internatonal Energy Agency (IEA) memperkirakan permintaan minyak dunia mencapai 96 juta barel per hari atau 35 miliar barel dalam setahun.
Minyak mentah digunakan sebagian besar untuk bahan bakar kendaraan dan keperluan industri manufaktur dan pembangkit listrik.
Kemudahan transaksi di jaman modern diwujudkan dengan trading oil secara online. Kita tidak perlu pergi ke kantor bank menyetor dana transaksi ataupun ke kantor broker untuk melakukan transaksi. Hal ini dikarenakan sudah ada trading platform yang memungkinkan proses penarikan dan penyetoran dana dilakukan secara online. Sekarang ini di rumah, kantor maupun cafe kita bisa trading oil online.
Di Indonesia trading oil dilakukan secara online melalui platform Metatrader 4. Di platform ini trader bisa melakukan trading oil secara multilateral atau bilateral (Sistem Perdagangan Alternatif/SPA). Perdagangan SPA difasilitasi sejumlah broker.
Volatilitas Harga
Dalam kurun waktu dua tahun belakangan ini komoditi minyak mentah mengalami volatilitas harga yang tinggi. Harga minyak turun tajam hingga lebih dari 50 persen dalam kurun waktu kurang dari 5 bulan (Agustus 2014-Januari 2015) dari level 100 dollar AS per barel mennjadi 45 dollar AS per barel. Harga terus terpangkas hingga 75 persen pada Februari 2016 namun kembali ke level 46 dollar AS per barel pada awal Mei ini.
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan volatilitas di oil futures market. Pertama, permintaan besar akan minyak untuk bahan bakar kendaraan dan keperluan industri. Faktor suplai dan demand sangat krusial menentukan harga minyak. Selain itu faktor geopolitik di kawasan negara-negara produsen minyak juga menjadi penentu adanya lonjakan atau penurunan harga oil.
Dalam dua tahun terakhir harga minyak mentah mengalami tekanan. Faktor suplai berlebih menjadi penyebab tunggal melemahnya harga minyak mentah dunia. Negara-negara penghasil minyak terutama negara-negara Timur Tengah memompa produksi mereka secara berlebihan. Terlebih dengan dicabutnya embargo ekonomi Iran membuat negara ini bisa mengekspor lagi minyak mentahnya.