Pagi itu mentari menyapanya dengan lembut awan putih masih tetap beriringan dengan mesra dan burungpun menari dengan anggunnya dibalik kegundahanya
∞ Ketika kepalaku sedikit kupalingkan dikejauhan wanita cantik setengah baya berjalan dengan anggunya pakaian yang menyatu denga rambutnya yang berirama membuat wanita itu tampak sempurna
∞ Sosok wanita menghampiriku tampak raut muka yang kusam penuh debu yang setia menemaninya terlihat jelas keanggunan di raut wajahnya terlihat pasti ada rasa pedih yang mendalam dalam hidupnya ada kekecewaan yang tak bisa disembunyikan bibir indah yang sudah lama tak disentuh usapan lembut masih terlihat jelas sisa sisa sinar kemilaunya seakan ingin menyapaku dan ………………… kulihat bibir itu hanya bergetar pelan sulit rasanya berucap ah………….tetesan airmatanya membasahi bibir yang sudah layu itu silahkan duduk mbakyu…. ∞ Kubuka mata hatiku kubuka telingaku lebar lebar kusimak dengan penuh perhatian setiap syair yang keluar dari bibir yang layu itu tak ada satu kata pun yang bisa membuat aku tersenyum ada yang salah dengan langkah hidupnya kalau mampu akau akan berteriak kepada alam alam yang selama ini menjaga perempuan itu kutuntut keadilan…….
«» «» «»
Catt: Syair ini ditulis terinspirasi dari kisah nyata
Di publish atas permintaan seorang teman
Salam
ΜÖΜΜŸ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H