Dulu ketika masih kecil, aku kesulitan untuk membaca banyak buku. Soalnya saat itu perpustakaan maupun toko buku di Palembang belum ramah disabilitas. Aku sulit naik tangga. Padahal aku suka membaca. Biasanya aku suka dibelikan buku dan majalah anak-anak oleh ayah dan uwak.
Sewaktu dewasa, beruntung teknologi sudah makin canggih. Banyak perpustakaan dan toko buku sudah ramah disabilitas. Bahkan Aku bisa baca buku di mana saja. Kini aku berlangganan Gramedia Digital bersama teman-teman sesama blogger.
Gramedia Digital, Pelampiasan Mimpi Ke Korea yang Belum Terkabul
Beberapa tahun terakhir, aku nyaris bisa ke Korea gratis. Pada tahun 2021, aku menang juara 2 lomba Wow Korea Supporters dari Korea Tourism Organisation. Sayangnya, hadiahku yang seharusnya ke Korea diganti hp karena efek pandemi.
Tahun 2022, aku menang tiket pulang pergi ke Korea dari lomba yang sama. Tapi Qadarullah, aku belum bisa ke sana. Pasalnya aku belum ada uang untuk membiayai akomodasi. Mereka juga hanya memberikan tiket untuk satu orang. Sementara itu, aku butuh pendamping karena disabilitas.
Masih tahun yang sama, aku menang juara satu lomba Sahabat Korea Award dari Kedutaan Besar Korea Selatan di Jakarta. Tapi ternyata hadiahnya berupa tablet, yang lantas kuberikan ke mimi (sebutanku untuk mama) sebagai hadiah. Plus tiket pesawat pulang pergi untukku dan ayah.
Meskipun mimpi ke Korea belum kesampaian, aku tak ingin menyerah. Kata Drama Korea yang aku tonton, jika impian kita belum terwujud, maka kita yang mesti mendekat ke sana. Untuk itu, sekarang aku memutuskan untuk belajar Bahasa Korea dan membaca banyak buku-buku Korea. Beruntung di Gramedia Digital, banyak pilihan bacaan tentang Korea.
Mumpung bulan puasa, aku bisa sembari memperbanyak doa. Di bulan puasa ini, doa orang yang berpuasa akan diijabah Allah swt. Semoga suatu hari nanti, mimpiku bisa menjadi kenyataan.
5 Buku Korea Favorit, Baca di Gramedia Digital
1. Almond - Sohn Won Pyung
Almond berkisah tentang seorang remaja Korea yang menderita gangguan Alexitimia. Gangguan ini membuatnya kehilangan kemampuan untuk mengungkapkan dan merasakan emosi. Penderitanya akan berwajah datar sepanjang hari. Sehingga membuatnya rentan dibully di sekolah.
Siapa nyana kehidupan remaja tersebut juga tidak berjalan dengan baik. Sejak kecil, dia sudah tidak mengenal ayahnya. Ditambah lagi, dirinya juga harus mengalami trauma karena melihat ibu dan neneknya dibunuh oleh orang gila. Dia pun harus hidup sendiri sejak saat itu. Neneknya meninggal, sementara ibunya menderita koma berkepanjangan.
Lantas bagaimana akhir kisah yang mengharukan ini? Yuk, baca bukunya di Gramedia Digital.