Lihat ke Halaman Asli

Firsty Ukhti Molyndi

Blogger | Korean Enthusiast | Cerebral Palsy Disability Survivor

Investasi Kebaikan di Balik Tradisi Salam Tempel

Diperbarui: 11 Juni 2018   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: suksesblog2015.blogspot.com

Tradisi Salam Tempel ketika hari Lebaran melekat pada rakyat Indonesia. Istilah salam tempel ini pun bermacam-macam penyebutannya. Ada yang mengistilahkannya sebagai "sangu lebaran", ada pula yang menyebutnya sebagai uang "THR". Lain lagi sebagian juga ada yang mengaitkannya dengan kebiasaan rakyat tionghoa yaitu memberi angpau.

Terkait hal tersebut, konon katanya tradisi salam tempel saat lebaran memang terpengaruh budaya masyarakat tionghoa. Perbedaannya dengan pemberian angpau dibatasi jika si anak telah menikah. Akan tetapi kebiasaan pemberian salam tempel berakhir kebanyakan jika si anak sudah selesai sekolah dan memiliki penghasilan.

Jika ia masih sekolah atau kuliah, biasanya masih diberikan salam tempel. Di keluarga Molzania, para pemberi ini biasanya keluarga terdekat yang terdiri dari uwak, bibi, om dan tante dari pihak ayah maupun ibu. Besarannya tak tentu, namun seiring pertambahan usia pasti bertambah. Masing-masing orang pasti berbeda-beda nominalnya.

Ajarkan Anak Menabung Sejak Dini

Dari kecil orangtua Molzania sudah membiasakan anak-anaknya untuk pandai menabung. Jadi dari masih SD, Molzania sudah memiliki tabungan di bank atas nama sendiri. Salam tempel yang Molzania dapat kesemuanya lantas ditabung untuk dibelanjakan kalau ada kebutuhan mendesak.

Jumlahnya sendiri terkadang mencapai ratusan ribu. Alasannya karena baik di pihak mama maupun ayah merupakan keluarga besar. Ayah anak kedua dari enam bersaudara, sementara mama Molzania anak kedelapan dari sembilan bersaudara. Jika semua paman dan bibi serentak memberi salam tempel, maka jumlahnya akan sangat banyak.

Source: shutterstocks.com

Molzania tidak pernah membelikannya untuk mainan dan kebutuhan tersier lainnya. Paling banter digunakan untuk belanja pakaian dan buku bacaan. Seringnya jika uang lebaran itu sudah terkumpul lumayan banyak, orangtua biasanya menginvestasikannya dalam bentuk emas. Sekali waktu, mama mengajak Molzania pergi ke toko emas untuk membeli perhiasan.

Kebiasaan itu sudah diajarkan turun temurun dari pihak mama. Semasa kecil, mama jika sudah berhasil mengumpulkan sejumlah uang, maka kakaknya mama akan mengajak untuk menukarkannya dalam bentuk dollar dan emas. Terbukti, simpanan mama dari saban kecil dulu menyelamatkan keluarga saat memasuki musim paceklik. Investasi mama dahulu bermanfaat untuk membiayai kuliah Molzania dan adik.

Bersedekah kepada yang Lebih Muda Harus Ikhlas, Bukan Karena Terpaksa

Ketika Molzania lulus kuliah dan bekerja, kebiasaan menerima tersebut berubah menjadi pemberi salam tempel. Sasarannya ialah anak-anak sepupu atau keponakan yang berusia TK, SD dan paling tinggi usia SMP. Meski nominalnya tidak sebanyak yang diberikan nenek kakek mereka dulu pada Molzania, namun itulah sedikit banyak yang bisa Molzania beri untuk mereka.

Source: saliha.id

Jika ditanya lebih enak memberi atau menerima, maka Molzania akan menjawab enakan jadi pemberi. Secara tidak langsung, kita sudah bersedekah dan itu dalam Islam termasuk ibadah. Pemberian salam tempel itu bukan masalah nominal, tapi masalah keikhlasan. Jika kita ikhlas, maka yang menerima pun insya Allah akan merasa senang. Begitupun sebaliknya.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline