Lihat ke Halaman Asli

Firsty Ukhti Molyndi

Blogger | Korean Enthusiast | Cerebral Palsy Disability Survivor

Molzania, Difabel yang Ikut Rekrutmen "Volunteer" Asian Games 2018

Diperbarui: 14 Mei 2018   18:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dok. Pribadi)

Sebenarnya Molzania paham sekali tugas seorang volunteer itu berat. Apalagi ini skala internasional seperti Asian Games. Katanya menjadi seorang volunteer itu membutuhkan mobilitas tinggi. Untuk itu kondisi fisik haruslah prima. Tapi sebagai seorang difabel, Molzania ingin ikut serta menyemarakkan Asian Games.

Fasilitas untuk difabel pun dengar-dengar sudah dibangun di kampung atlet Asian Games 2018 di Palembang. Jadi, kenapa mesti takut? Bermodal nekat, Molzania ikutan daftar rekrutmen volunteer Asian Games yang digelar pada Februari lalu.

Suasana ujian psikotes rekrutmen volunteer asian games 2018 (Dok. Pribadi)

Nasib seorang difabel ikut rekrutmen biasanya terhenti pada tahap administrasi. Banyak perusahaan enggan memperkerjakan difabel karena berbagai alasan. Tak dinyana Molzania lolos tahapan administrasi. Nggak nyangka banget, Alhamdulillah. Pengalaman pertama bagi Molzania ikutan ajang seperti ini. Apalagi menjadi calon volunteer di ajang bergengsi sekelas Asian Games.

Jika ada yang meremehkan, cukup senyumi saja orang tersebut. Katakan pada mereka keras-keras bukan tidak mudah sampai pada tahap administrasi. Pendaftar rekrutmen Asian Games kemarin mencapai puluhan ribu. Di Palembang yang dinyatakan lolos hanya tiga ribuan pelamar. Salah seorang difabel mobilitas seperti Molzania merupakan satu diantara mereka yang tiga ribu sekian tersebut.

email pemberitahuan lolos tahap administrasi (Dok. Pribadi)

Sayang seribu sayang, lokasi tesnya membuat keder. Berada di lantai 3 di sebuah gedung kampus di Kota Palembang dan tidak disediakan lift sama sekali disana. Tentunya ini menjadi catatan khusus tersendiri bagi seorang difabel mobilitas seperti Molzania. Biarpun begitu, Molzania tetap menyesuaikan diri dengan cara berjalan menggunakan tongkat. Alhamdulillah biarpun harus tertatih-tatih berjalan, Molzania semangat untuk menjalani tes hingga akhir.

Dari segi kemampuan otak, Molzania yakin tidak kalah dari yang lain. Meskipun kesulitan untuk berjalan, Molzania seorang pribadi yang optimis dengan sikap percaya diri yang tinggi. Pada waktu tes FGD, Molzana mencoba berkenalan dalam 3 bahasa; Inggris, Jepang dan Korea. Yah, biarpun untuk bahasa Jepang dan Korea masih malu-malu dan hanya bisa ngomong kalimat sapaan. Hehe.

(Dok. Pribadi)

Kalau dari segi mobilitas, nah ini dia masalahnya. Tentunya akan lebih cepat bergerak bila dibantu dengan kursi roda ketimbang berjalan mempergunakan kaki. Permintaan itu sudah Molzania utarakan pada asesor kemarin. Entah apa tanggapannya. 

Bagaimanapun disabilitas seharusnya bukanlah hambatan bagi seseorang untuk menjadi apapun. Negara sudah berjanji akan melindungi dan memfasilitasi sesuai amanat UU Disabilitas.

Lantas bagaimana hasilnya? Lagi-lagi Molzania hanya bisa pasrah. Kalaupun nanti tidak lolos tahap selanjutnya, Molzania juga bisa apa. Hal yang terpenting ialah Molzania berusaha untuk memberikan yang terbaik. Dengan keberanian untuk ikut serta rekrutmen saja, itu sudah memberikan kepuasan tersendiri.

Semoga ini menjadi inspirasi bagi difabel lain diluar sana agar jangan pernah menyerah dengan keterbatasan. Bila ada kesempatan, segera rebut karena belum tentu ia datang dua kali. Hwaiting! Ganbatte! #KompalSambutAsianGames2018

Kompal Kompasiana




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline