Lihat ke Halaman Asli

Firsty Ukhti Molyndi

Blogger | Korean Enthusiast | Cerebral Palsy Disability Survivor

Meninjau Kesiapan LRT Palembang Jelang Asian Games 2018

Diperbarui: 31 Januari 2018   10:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Kehadiran LRT memberikan warna baru bagi transportasi kota Palembang. Ini adalah proyek LRT pertama di Indonesia yang bisa dibilang menjadi pusat perhatian seantero negeri. Apalagi bagi wong kito yang seumur-umur tidak pernah melihat jalur kereta api membelah pusat kota. Pengerjaannya yang dipercepat dimaksudkan agar bisa selesai tepat waktu. Mengingat perhelatan Asian Games 2018 sudah semakin dekat.

Jutaan orang Palembang menyaksikan betul tahapan demi tahapan pengerjaan LRT. Dimulai dari groundbreaking hingga pemasangan tiang yang melibatkan kendaraan-kendaraan raksasa. Tak jarang hal tersebut menimbulkan kemacetan. Solusinya pemerintah kota melakukan beberapa kali perubahan arus lalu lintas. Kini proyek LRT sudah memasuki tahap akhir. Kisarannya sudah mencapai 80%. Bulan Juni nanti diharapkan LRT telah siap dioperasikan.

Rencananya LRT Palembang berdiri sepanjang 23,40 KM. Membentang mulai dari area Bandara Sultan Mahmud Badaruddin hingga kawasan Jakabaring. Diatasnya akan dibangun sebanyak 13 Stasiun. Namun hanya sebanyak 5 Stasiun yang diperkirakan selesai tepat waktu. Itu artinya sebanyak 8 stasiun lainnya belum bisa digunakan.

Nilai investasi pemerintah untuk proyek LRT tadinya mencapai 12,5 T. Namun kemudian Departemen Perhubungan melakukan evaluasi anggaran menjadi 10,9 T. Adanya penghematan anggaran sebesar 1,6 T ini bisa digunakan untuk pembiayaan infrastruktur lainnya. Langkah ini patut diapresiasi sebagai bagian dari kebijakan efisiensi.

Selain menjadi pilihan transportasi baru, LRT juga dipastikan akan menarik minat wong kito untuk mencobanya. Kehadiran LRT akan mencetak sejarah transportasi di Indonesia. Apalagi kota Palembang merupakan kota pertama yang membangun LRT. Selama ini, LRT identik sebagai alat transportasi di negara maju seperti Singapura dan Jepang. Jadi bisa dipastikan antusiasme masyarakat kota berpenduduk 1,5 juta orang ini.

Sumber: Tempo

Tetap saja pengerjaan proyek LRT tidak selamanya mulus. Bulan Agustus 2018 lalu, salah satu crane penyangga tiang roboh dan menimpa rumah-rumah penduduk. Sebanyak 8 orang menjadi korban robohnya crane. Penyebabnya merupakan force majeur karena diduga karena efek penurunan tanah. Kejadian ini sangat disesalkan, harapannya di masa mendatang tidak terulang lagi.

Pro dan Kontra Masyarakat

Kota Palembang saat ini boleh dibilang termasuk kota metropolis. Gaya hidup masyarakatnya sudah sangat jauh berbeda dibanding 20 tahun lalu. Mal-mal sudah banyak berdiri dan dibangun. Baru-baru ini berdiri pula Trans Studio Mini. Salah satu wahana dibangun disana yaitu jet coaster mini yang menjadi favorit. Dipastikan pada akhir pekan, warga berjubel di pusat-pusat hiburan kekinian.

dokpri

Semenjak muncul wacana akan dibangunnya LRT, mulai timbul pro dan kontra di masyarakat. Kebanyakan masyarakat menyambut baik, tetapi banyak pula yang bertanya-tanya. Di lingkungan penulis sendiri, mereka kebanyakan masih menanyakan apa urgensi dan keuntungan dari membangun proyek yang tidak murah ini. Sementara itu, lebih banyak lagi yang bertanya-tanya soal keamanannya.

"Kalau LRT dibangun, saya gak mau naik untuk pertama kali. Takut "nganjok"!"
(nganjok = jatuh dari atas, bahasa Palembang)

Itu adalah seloroh yang diutarakan oleh dosen Molzania sendiri ketika ditanyai mengenai pendapatnya tentang LRT. Saat itu pembangunan LRT masih sampai pada tahap pemasangan tiang beton. Tampaknya dosen Molzania tersebut merasa ngeri ketika melihat tiang-tiang beton raksasa berada di bahu jalan. Takut kalau-kalau tertimpa ketika tengah berkendara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline