Menghadapi penyebaran wabah penyakit Coronavirus Disease 2019 yang saat ini menjadi momok yang sangat ditakuti umat manusia di dunia,.
Masyarakat Bani-Bani yang terhimpun dalam tiga suku besar yakni, suku Naifio Manuin faif, Unsain Fantoni, Etunaek Manubanani dengan sub-sub suku yang mendiami wilayah Bani-bani dengan topografi wilayahnya berbukit-bukit yang terdiri dari dataran tinggi disebut Bani-Bani atas dan dataran rendah disebut Bani-Bani bawah, Kecamatan Io Kufeu, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur.
Kecamatan ini terdiri dari tujuh desa yakni desa Bani-Bani, desa Tunabesi, desa Kufeu, desa Ikan Tuanbeis, desa Tunmat, desa Fatoin dan desa Biau, dengan kehidupan tradisi budaya yang unik untuk dicermati dan didalami.
Berbagai tradisi yang melekat erat dalam kepribadian orang Bani-Bani merupakan cerminan hidup “Atoen Bain-bain” yang tumbuh dan berkembang secara turun temurun sesuai nilai budaya yang dimilikinya.
Tak heran tradisi lama yang tumbuh bersama dan hidup dalam alam Bani-Bani tak pupus oleh waktu dan tak sirna dalam benak orang Bani-Bani sebagai citraan jati diri orang Bani-Bani yang tidak dimiliki oleh masyarakat lain di wilayah Timor.
Tradisi tersebut kaya akan makna historis dan religius yang membuat Orang Bani-Bani sangat melekat dengan alam sekitarnya. Berbagai tradisi yang berkembang merupakan sebuah gambaran prosesi perjalanan umat manusia di awal penciptaan dan perjalanan umat manusia di bumi yang tengah kita pijaki.
Seperti tertulis dalam buku Kahlil Gibran yakni Kata-Kata Mutiara, yang mengatakan bahwa “Jika aku menulis pada pintuku 'Lepaskan tradisimu diluar, sebelum masuk ke dalam,' tak ada jiwa yang sudi mengunjungiku atau mengetuk pintuku."
Dasar inilah penulis ingin menyuguhkan sebuah tradisi lama yang selama ini tak tersentuh. Namun karena wabah penyakit Covid-19 yang sangat menakutkan seantero planet bumi maka para tua adat, fukun, tokoh masyarakat mulai duduk kumpul untuk mencari solusi pencegahan wabah penyakit berbahaya tersebut dengan cara “Napoen Ma’fena”, (bahasa dawan) artinya mengeluarkan beban berat.
Dan penyakit Covid-19 merupakan beban berat bagi umat manusia yang harus dikeluarkan atau ditangkis dan juga sebagai upaya pembebasan umat manusia dari wabah yang menakutkan tersebut.
Napoen Ma’fena tersebut bukan baru pertama kali tetapi sering dilakukan bila terjadi wabah penyakit berbahaya melanda bumi ini.
Tradisi Napoen Ma’fena berawal dari dua atau tiga orang tua adat membawa seekor ayam kecil di Bakinaek sepenaek Liurai atau disebut bakiliurai desa Tunabesi untuk naskau (memohon restu) dalam bahasa dawan kepada “usi naek paha naek liurai neken satan menam reut bunum reut sa’ natok neam nasum neam aublenok beluwil beto maubes neken siam nana roenana nekem bearka nabar timau ma amfoan tan anemriana sa’in sisi mriana sa in”.