Lihat ke Halaman Asli

Kacong dan Ayu

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah lama rasanya saya tidak menulis di Dinding Kompasiana ini karena saat-saat yang lumayan sibuk di Meja Kerja kecil saya. Sebelumnya saya akan menyapa para pembaca dan penulis setia di Kompasiana, apakabar kalian semua, salam hangat dari saya.

Hari ini saya login kembali ke akun kompasiana saya dan membaca banyak sekali hal yang saya dapat di Kompasiana. Kemudian timbul dalam pikiran saya untuk menuliskan sebuah kisah seorang sahabat wanita saya, yang salama dua tahun ini telah diabaikan oleh sang suami. Mulai dari nafkah sudah dua bulan ini tidak diberikan, uang arisan bilangnya sudah diserahkan, tapi kenyataannya tidak dan ini sudah berlangsung dan menumpuk selama satu tahun. Tabungan si istri dikuras sampai habis. Dan sekarang si suami duduk goyang kaki dengan wanita lain, sambil mengunakan obat-obatan terlarang, sampai saat ini sudah 2 motor terjual, termasuk motor si istri. Padahal motor si istri keesokan paginya akan di tarik seseorang yang uangnya pernah dipinjam oleh si suami namun belum diganti hingga detik ini.

Sebut saja nama si suami “Kacong” dan si Istri “Ayu”. Mereka dipertemukan tidak berdasarkan Cinta. Awal mula Ayu saat itu adalah wanita yang baru saja diberikan kebebasan oleh kedua orang tuanya, dan langsung terjerumus didalam pergaulan bebas. Tanpa sengaja Ayu bertemu dengan Kacong, hingga perkenalan yang semakin akrab. Dalam perkenalan itu Kacong sudah memiliki maksud tidak baik dan tidak disadari oleh Ayu. Baru beberapa minggu Kacong mengajak Ayu ngumpul disebuah rumah tidak sebagai pasangan tapi sebagai sahabat. Namun maksud tidak baik itu sebelumnya sudah terencana. Ayu di racuni oleh Kacong dengan obat terlarang, lebih tepatnya yang kita kenal dengan ineks hingga Ayu tidak sadarkan diri. Saat itu juga Kacong melancarkan niat tidak baiknya, dengan cara menggauli Ayu.

Selesai Kacong melepaskan nafsu bejadnya, warga sekitar memergoki Kacong dan Ayu, namun hal yang tidak diingin Ayu telah terjadi. Hingga tidak dalam waktu yang lama satu bulan saja dari sejak perkenalan mereka dinikahkan. Dan dalam pernikahan itu sosok Ayu sebenarnya tidak memiliki perasaan Cinta terhadap Kacong, karena Ayu tau bahwa kacong Lelaki yang kesehariannya suka mabok-mabokan, pencandu narkoba, dan penjudi. Tapi, Ayu sudah tak mampu berpikir lagi, karena nasi sudah menjadi bubur, akhirnya Ayu bersedia dipersunting oleh Kacong.

Dalam pernikahan mereka berdua, Ayu berusaha dan terus berusaha untuk menumbuhkan Rasa Cinta terhadap Kacong, sambil mengajari Kacong untuk hijrah dari perbuatan yang kesehariannya tidak baik menjadi baik. Saat itu Kacong mulai mengerjakan Shalat Lima Waktu, dan mengerjakan hal-hal yang positif. Usaha itu berlangsung selama tujuh tahun lamanya. Setelah tujuh tahun berjalan, rasa Cinta Ayu mulai tumbuh. Tapi dengan semakin besar tumbuhnya rasa cinta Ayu, juga tampak perubahan Kacong kepada Ayu.

Ayu sudah mulai diacuhkan, semenjak Kacong semakin akrab dengan sepupunya yang mana ayu tau sepupu kacong adalah seorang pecandu narkoba. Tapi Ayu masih percaya kepada Kacong, kalau Kacong tak mungkin akan acuhkan dirinya sebab Kacong sendiri tau pengorbanan Ayu untuk menjadi seorang istri yang salehah yang selalu nurut sama suami, tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu.

Tapi apa yang terjadi, selama sembilan tahun pernikahan mereka, kelakuan Kacong semakin menjadi. Pergi pagi pulang subuh, kadang tidak pulang. Kalau pulang pinjam uang sama Ayu, alasannya buat modal usaha, awalnya pinjam Enam Juta Rupiah, namun hasil belum ada Kacong pinjam lagi satu Juta Rupiah, yang sampai saat ini uang tersebut tidak ada kabar beritanya. Kacong pulang saat itu mulai marah-marah, pernah sesekali melontarkan kata-kata cerai, sambil menolak tubuh Ayu.

Akhirnya pada tahun kesepuluh pernikahan mereka, terdengar kabar dari teman-teman Ayu kalau Kacong selingkuh. Tapi kabar itu Ayu acuhkan saja, karena Ayu masih percaya sama Kacong takan berbuat begitu. Dalam beberapa bulan kabar itu masih saja terdengar di Telinga Ayu. Dan dengan berjalannya waktu, Kacong tiba-tiba saja tidak keluar rumah saat itu. Namun handpone Kacong selalu berdering didalam kamar. Ayu pun penasaran, dan mencoba melihat siapa yang selalu menghubungi Kacong. Ternyata ada satu pesan singkat masuk, itu dari wanita selingkuhan Kacong yang merasa galau sehari kalau nggak ketemu Kacong.

Perasaan Ayu mulai tidak tentu arah dan memutuskan untuk melihatkan isi pesan singkat itu kepada Ibu Mertua yang baik hati. Sambil memeluk Ibu Mertua Ayu mengatakan kalau Ayu merasakan tidak mungkin untuk bersama Kacong lagi. Dan Ibu Mertua Ayu hanya bisa diam menangis sambil mengusap-usap tubuh Ayu.

Pagi hari, tiba-tiba datang seseorang mencari Kacong untuk menagih uang yang Kacong pinjam. Tapi kacong dengan tenang tidur pulas. Ayu juga yang menghadapi, dibentak-bentak, dicaci maki. Kemudian Ayu memutuskan untuk melepaskan satu buah motor sebagi gantinya. Sampai sore hari Kacong baru bangun dari tidur yang pulas dan langsung memerintah Ayu untuk membuatkannya Nasi Goreng. Tapi Ayu tetap sabar, ikhlas, tawakal, dengan kekuatan dan kemampuannya hatinya Ayu bersedia membuatkan Kacong seporsi Nasi Goreng.

Tiba saat malam, Ayu mencoba mengikuti dan memergoki Kacong, tapi saat kedatangan Ayu, Kacong sudah bersembunyi dan kabur entah kemana. Sampai hujan-hujanan Ayu mencari Kacong tidak ketemu entah kemana Kacong bersembunyi, dan Ayu memutuskan untuk pulang. Selang beberapa jam, pulang Kacong menggunakan sebuah sepeda motor Yamaha RX-King, langsung mendobrak pintu, dan marah-marah sambil mengambil carger Handponnya dan pergi lagi.

Dan saya minta maaf, kisah ini adalah kisah nyata yang saat ini sedang berlangsung. Dan saya tidak tau apa yang terjadi nanti. Tapi ini saya angkat di tulisan saya, agar bisa menjadi pembelajaran kita bersama. Bagaimana menhadapi masalah, bagaimana menjadi Istri yang baik walau tanpa rasa cinta, bagaimana sosok Suami yang tidak baik, dan seharusnya bagaimana perlakuan semestinya Suami terhadap istri.

Saya mengenal Ayu, sejak duduk dibangku perguruan tinggi negeri Universitas Terbuka FKIP S1-PGSD, namun kami mulai akrab diakhir-akhir semester, sekitar tahun 2013. Selama itu dan sampai saat ini Ayu sering mencurahkan isi hati yang telah membatin selama sepuluh tahun pernikahannya.

Saya hanya dapat berdoa semoga Allah selalu memberikan yang terbaik untuk Ayu dan keluarganya, diberikan kebahagiaan yang selama sepuluh tahun ini tidak dia dapatkan. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline