Lihat ke Halaman Asli

Menang Dicaci Kalahpun Dimaki, Tetaplah Terbang Tinggi

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sebuah istilah yang sangat kontradiktif dan populer yang sering ditemui dalam sebuah event yang mana akan ada pemenang dalam event tersebut, yah kata-kata cacian ketika ada yang memenangkan pertandingan, bahkan kalahpun tetap dimaki-maki. Hal yang sering sekali dilakukan atau bahkan kitapun pernah melakukanya, itulah manusia yang tak akan pernah puas dan puas bahkan sampai Tuhan memanggilpun tetap pasti akan ada rasa itu kecuali kita belajar bagaimana menjadi orang yg legowo yang mau menerima dan berfikir bagaimana menjadi lebih baik lagi. Sebuah pelajaran yang saya pribadi ambil dan saat ini sangat terlihat jelas adalah dalam hal sepakbola. Ini adalah pemikiran saya mewakili perasaan saya sebagai orang Yogya yang cukup suka dengan sepakbola, yah baru-baru ini klub di salah satu kabupaten di Yogyakarta yaitu di Sleman dengan klub lokalnya PSS Sleman, menjadi juara di liga Divisi Utama LPI, liga yang telah di-ilegalkan, diharamkan bagi klub manapun yg mengikutinya seolah dianak-tirikan oleh ibu kandungnya sendiri yaitu PSSI.

Terlepas dari itu semua, ketika PSS Sleman menjadi juara di liga tersebut saya melihat ada saja yang mencaci mencibir, ah itu setiingan, ah itu ada mafianya, ah itu juara karena pinalty main di kandang sendiri, mesti nyogok wasit dan PSSI dll, mungkin mereka yang tidak suka melihat suatu klub tumbuh menjadi sebuah industri sepakbola akan melakukan itu. Mungkin hal tersebut bisa juga terjadi ketika klub kesayangan kita menjadi juara pasti akan muncul hal-hal yang seperti itu tak cuma di negara kita Indonesia bahkan di luar negeri pun juga demikian. Sebenarnya saya melihat salah satu klub di DIY menjadi juara ada rasa bangga tersendiri ketika mereka mampu mengangkat nama Yogyakarta menjadi bagian dari sejarah pergerakan Sepakbola Indonesia, hal seperti ini juga saya rasakan ketika PSIM Yogyakarta menjadi juara saat itu dan juga Persiba Bantul yang kala itu juga mampu menjadi juara. Seolah 3 klub besar yang ada di DIY mempu menunjukan bahwa Yogyakarta bisa menunjukan daerah yang memiliki potensi sepakbola yang tidak bisa diremehkan, ada rasa bangga tersendiri. Begitupula jika hal tersebut terjadi di kota dimana kalian berada, tak akan dipungkiri pasti juga akan ada rasa bangga tersendiri.

Kekhawatiran yang cukup mendasar yang saya pikirkan adalah kefanatisme yang tak terarah yg berlebihan terhadap klub kita sendiri justru akan menjadi cambuk bagi kemajuan klub kita sendiri. Kefanatisme yang tak terarah misalkan adalah setelah mencaci maki klub yang tengah berprestasi seolah merasa dirinya dan klub yang dibelanya paling benar dalam memberikan pendapat tanpa tau aslinya seperti apa sehingga membuat orang yang tidak suka atau iri menambah-nambahi sehingga terprovokasi dan menyebabkan timbulnya rival yang negatif. Rival yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Seolah saat ini saya melihat Rival itu sebagai ajang gengsi seolah kalau tidak ada rival dianggap sebagai cemen. Sulit memang memahamkan pada jutaan supporter bahwa rival itu hanya ada 90 menit di lapangan, dengan saling beradu kreativitas, suara yg lantang, teriakan demi klubnya itulah yg saya pikir rival sesungguhnya tanpa kekerasan, selepas itu sudah yang berteman ya berteman tak ada yg dinamakan permusuhan, sehingga apabila kita melakukan pertandingan away dimanapun kita akan disambut dengan baik kemanapun begitu pula sebaliknya, sekali lagi memahamkan hal tersebut memang sulit kecuali di dalami dalam hatidiri sendiri. Saat sesama atasan supporter bisa melebur ego itu semua tetapi yang bawah-bawah belum tentu bisa, dan terlihat yg bawah-bawah ini yang biasanya menjadi oknum yg semakin memperparah hubungan antara supporter, mengatasnamakan sebuah klub sehingga menyebabkan keributan, mungkin oknum itu tidak tau bagaimana kita yang benar-benar mencintai klub kita bekerja keras agar berprestasi malah mereka seolah menjadi musuh dalam selimut. Bisakah kita melebur itu semua? Kalau kita percaya pasti bisa. Percayalah ketika kita bersatu saling belajar membesarkan klub tanpa ada gengsi bukan hal yg tidak mungkin indonesia memiliki liga dan timnas yang berkualitas yang diakui negara lain dan menjadi sebuah kebanggaan. Sehingga saat Timnas Berprestasi dan ketika negara lain mencaci maki settingan, ada mafia FIFA dll, kita sudah tak akan peduli lagi, yg kita pedulikan hanyalah kedepan untuk menjadi lebih baik lagi dan biarkan mereka berbicara sesuka hatinya timnas kebanggaan kita tetap terbang tinggi dan berprestasi.

Bukanya mengesampingkan supporter yang tentunya punya cara tersendiri dalam membesarkan klub kebangganya yg lain tapi dalam hal ini Brigata Curva Sud merupakan salah satu contoh supporter yang notabenya baru di indonesia tapi memiliki tujuan yang sangat mulia dalam membesarkan klubnya, sehingga bisa berprestasi. Mungkin banyak yang belum tau Banyak sekali usaha-usaha yg dirintis untuk kemajuan klub kebanggaan dari mulai mereka bekerja keras mencari dana sumbangan dari para penderma untuk sebuah koreo, saat laga PSS Sleman yang merupakan salah satu daya tarik penonton sehingga memiliki pemasukan yang cukup luar biasa dalam setiap laga. bahkan kerja keras itu masih ada saja yg berkata itu dari dana partai dll padahal mereka belum tentu tau apa yang terjadi sesungguhnya dan yang mereka omongkan itu benar - atau tidak tanpa didasari fakta yang konkrit. Dan yang paling cukup berpengaruh adalah mencetuskan slogan no ticket no game dan ketika benar-benar dijalankan sangat memiliki efek yang sangat besar untuk klub. Ketika kita bisa berusaha tak perlu gengsi dan saling bertukar pikiran semua supporter sepakbola negeri ini dan berfikir yang cerdas bukan tidak mungkin apa yang disebut rival adalah rival bagaimana berkreasi, bagaimana memajukan klubnya, bagaimana membuat seluruh elemen di daerah suatu klub dapat mencintai klubnya sehingga meningkatkan pemasukan klub, bukan rival yang hanya rusuh dan rusuh. Dan ketika itu semua terjadi dan dapat terlaksana semua cacian dan makian dari orang-orang yang tidak sukayang notabenya provokator yang suka melihat sebuah permusuhan tak akan diperdulikan, hiraukan saja, yang dipikirkan adalah bagaimana dan apa yang akan kita lakukan untuk memajukan klub agar lebih baik lagi sehingga klub kebanggaan tetap terbang tinggi dan berprestasi. Sekali lagi saya pikir bahwa mereka yang melakukan hal terbaik untuk klub kebanggaan adalah mereka yang berfikir maju kedepan, dan mereka yang selau hanya mencaci-maki dan mencari-cari kesalahan untuk menjatuhkan klub lain adalah mereka yang mengalami kemunduran karena mereka terlalu disibukan dengan hal yang sebetulnya waktu mereka bisa dilakukan untuk berfikir untuk kemajuan klub kebanggaan mereka. Kibarkan Bendera klub kalian masing-masing berfikirlah cerdas untuk kemajuan klub kebanggan kalian sehingga kelak benar-benar menjadi sebuah pergerakan besar untuk kemajuan liga indonesia dan timnas yang lebih baik lagi. Bersatulah Supporter Indonesia.

#MCK

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline