Lihat ke Halaman Asli

Diriku, Maafkan Aku

Diperbarui: 18 Juli 2015   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Diri-Ku, maafkan aku

Sudah berlalu saja, waktu begitu lambat tuk disadari. Rasanya baru kemarin ramadhan mengantuk sahur bersamaku, memulai niat dalam sunyi dan sepi. Menyambut hari dengan mimpi, dan sarapan buka bersama Aku. Berlalu. Serasa tiada pahala yang menyatukan-Ku padaku, hingga waktu mengutukku tuk membangunkan-Ku.

Namun semua itu tlah lambat-terlambat. Fitri telah tiba dan Aku-pun belum juga terjaga. Ramadhan, sahur, buka, fitri, “TAK ADA.” – dalam batinku.

***

Aku-pun tak ada, ketika orang-orang menjabat jemariku. Tak ada.

Aku-pun tak ada, ketika orang-orang berdoa bersamaku. Tak ada.

Tapi,                                     

Aku-pun ada, ketika orang-orang tak ada.

Aku hanya bersamaku, tak bersama-Mu.

                                                                        ***

Tuk itu aku berlebaran seorang diri, tanpa rindu. Hanya ruangan mati, pena, kertas, dan api. Maafkan, ”ujarku.” Aku tlah tenggelam dalam pena, kertas, serta kata, tak ada lainnya. Maafkan, “kataku.” Semoga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline