Diri-Ku, maafkan aku
Sudah berlalu saja, waktu begitu lambat tuk disadari. Rasanya baru kemarin ramadhan mengantuk sahur bersamaku, memulai niat dalam sunyi dan sepi. Menyambut hari dengan mimpi, dan sarapan buka bersama Aku. Berlalu. Serasa tiada pahala yang menyatukan-Ku padaku, hingga waktu mengutukku tuk membangunkan-Ku.
Namun semua itu tlah lambat-terlambat. Fitri telah tiba dan Aku-pun belum juga terjaga. Ramadhan, sahur, buka, fitri, “TAK ADA.” – dalam batinku.
***
Aku-pun tak ada, ketika orang-orang menjabat jemariku. Tak ada.
Aku-pun tak ada, ketika orang-orang berdoa bersamaku. Tak ada.
Tapi,
Aku-pun ada, ketika orang-orang tak ada.
Aku hanya bersamaku, tak bersama-Mu.
***
Tuk itu aku berlebaran seorang diri, tanpa rindu. Hanya ruangan mati, pena, kertas, dan api. Maafkan, ”ujarku.” Aku tlah tenggelam dalam pena, kertas, serta kata, tak ada lainnya. Maafkan, “kataku.” Semoga.