Lihat ke Halaman Asli

MohTaufiq

Mahasiswa Iain Pekalongan

Membangun Critical Thinking di Era Industri 4.0

Diperbarui: 12 Juli 2021   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam webinar filsafat yang bertema Filsafat dalam membentuk critical thinking di era industri 4.0 yang bernarasumber M. Nurul Huda dari Universitas Nahdlatul ulama Indonesia (Unusia) beliau memaparkan bahwa "filsafat yang sejati yaitu filsafat yang berusaha memahami dunia ini sekaligus untuk mencari kebijaksanaan hidup. Sains yang sejati adalah sains yang bertujuan memahami dunia ini, sekaligus melakukan perbaikan-perbaikan di dunia ini."

Apakah Filsafat Dapat mendasari pikiran untuk berpikir kritis?

Filsafat ini pada hakikatnya bukan hanya mengajarkan manusia untuk berpikir kritis tetapi juga berpikir lebih secara mendalam. Sebagai contoh dua aliran yang mengajarkan berpikir kritis adalah rasionalisme dan empirisme. Cogito merupakan sebagai salah satu metode  membangun manusia untuk berfikir kritis yang bermula dari sebuah keraguan menuju ke sebuah hal kepastian.

Apa itu berfikir kritis?

Berfikir kritis yaitu Kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional, yang meliputi kemampuan untuk berfikir secara reflektif dan independen.

Apa saja urgensi dan manfaat dalam Berfikir kritis?

Berpikir kritis merupakan keterampilan universal, kemudian berpikir kritis sangat penting di abad ke 21, berpikir kritis juga meningkatkan keterampilan verbal dan analitik, dan berpikir kritis penting untuk refleksi diri. 

Kemudian untuk manfaatnya yaitu Membantu memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori, memperkuat argumen, mengemukakan dan merumuskan pertanyaan dengan jelas, mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi dengan efektif, membuat kesimpulan dan menemukan solusi masalah berdasarkan alasan yang kuat, membiasakan diri untuk berpikiran terbuka. Tentu banyak manfaat dari berpikir kritis dan betapa pentingnya (urgensi) dalam berpikir kritis.

Dalam webinar filsafat yang bertema Filsafat dalam membentuk critical thinking di era industri 4.0 yang bernarasumber M. Nurul Huda dari Universitas Nahdlatul ulama Indonesia (Unusia) beliau juga memaparkan bahwa "Salah satu prinsip kritis adalah ketika kita memahami dunia ini, ada pengetahuan yang layak dan bermutu dan ada pengetahuan yang tidak bermutu, ada pengetahuan yang keliru dan ada yang tidak keliru, ada pengetahuan yang berfaedah dan yang tidak berfaedah." Jadi kita harus bisa memilah dan mempertimbangkan pengetahuan tersebut.

Jika selama ini masih merasa kemampuan berpikir kritis masih kurang, maka ada beberapa cara yang bisa dilakukan, salah satunya mulai dari perumusan pertanyaan.

Ketahuilah apa yang dicari, misalnya, saat ingin menambah berat badan, Kita harus tahu untuk apa melakukannya, apakah itu demi bentuk tubuh ideal, agar lebih berenergi atau hanya ingin mencapai tujuan lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline