Lihat ke Halaman Asli

In Memoriam MWA

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

-dan senja pun usai

Di rumah kita engkau tegakkan kembali tiang itu

Bersama berto menjadi gembala yang riang

Menyusun sajak di langit malam

Terkadang kau bisikkan di dada perempuan

Kau titipkan rumah kita kepada kami

Untuk terus hadir dan bergulir

Kepada wildan, kepada lukman

Dan sejumlah nama belakangan

Di serang, kau retas jalan baru bersama tetanggamu yang setia

Penyair lugu dia punya nama

Sekian musim aku kehilangan

Tapi tidak untuk kebahagiaan:

Seorang teman telah menjadi sastrawan kenamaan

Namamu tercatat indah dalam setiap terbitan

Di horison engkau menjadi kebanggaan

Asas mengembang, kami mengembang

rumah kita memang sudah lantak

puing-puing dibersihkan dalam sekejap

namun semangat kami kadung berkobar

tak lekang oleh sang kehendak

kami melihatmu, kami melihatmu

suatu masa kita bersua

samasama meretas kembali jalan sastra

di beranda ini engkau sempat membaca

untaian puisi penyair Persia

aku terpesona, aku terpesona

sampai suatu ketika

kau tinggalkan beranda ini dengan tergesa

sakitmu memang menjadi pertanda

bahkan kirimanku belum sempat kau balas pula

kabar itu terasa menyesakkan dada

mengapa engkau mati muda?

Di kamar ini, engkau pernah menjadi penghuni

Kini kutinggali dengan sepenuh hati

Berteman parfum, sabun mandi, dan sejumlah barang

Yang kau tinggalkan

Juga kenangan.

Selamat jalan, semoga selamat sampai tujuan.

Depok, 23 November 2009




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline