Lihat ke Halaman Asli

Moh. Supardi

Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gagasan Awal Penelitian Penerjemahan

Diperbarui: 22 Juni 2024   06:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum bagi pembaca yang ingin melakukan penelitian penerjemahan. Pembaca yang belum terlalu akrab dengan bidang kajian penerjemahan dan memiliki kewajiban untuk melakukan penelitian akan mendapatkan gambaran baru mengenai langkah-langkah dan permasalahan penerjemahan yang belum terpetakan.

Persoalan pokok bagi seorang akademisi yang menekuni bidang kajian penerjemahan, khususnya bagi mereka yang masih tingkat pemula, pembaca tingkat sarjana, master atau program doktor seringkali belum pernah memiliki pengalaman menerjemah. Selain itu bekal pengetahuan umum dan pemahaman budaya yang masih belum memadai. Dengan demikian artikel ini akan sangat membantu bagi mereka yang belum punya cukup pengalaman dalam bidang kajian penerjemahan.

            Kajian penerjemahan yang dimaksudkan di sini adalah penelitian penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain dengan tujuan tertentu. Dalam konteks artikel ini, 'Kajian Penerjemahan' didefinisikan sebagai bidang kajian yang bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan meneorikan atau menjelaskan proses, konteks dan produk-produk kegiatan penerjemahan sekaligus (peran) orang-orang yang terlibat di dalamnya..

            Pada umumnya penerjemahan didefinisikan sebagai sebuah "Pencarian Sistematis terhadap pengembangan ilmu pengetahuan" (Chambers 1989). Sedangkan menurut Gillham (2000), "penelitian adalah menghasilkan pengetahuan, apapun disiplin keilmuannya." Inovasi menjadi hal penting yang harus terus ditumbuh-kembangkan dalam setiap disiplin keilmuan. 

Definisi mengenai 'pengetahuan baru' dalam penelitian sangat tergantung pada siapa, kapan, di mana, dan bagaimana penelitian itu dilakukan. Sebuah teks (tulisan) pada tingkat sarjana tentunya akan berbeda cakupannya dibandingkan dengan disertasi tingkat doktor. 

'Untuk menghasilakan pengetahuan baru' dapat dilakukan dengan meringkas penelitian baru dalam sebuah bidang tertentu atau dengan memberikan bukti-bukti baru  untuk mendukung atau menolak sebuah hipotesis dari sebuah skala atau untuk mengembangkan sebuah metodologi baru dalam bidang sejarah penerjemahan.

            Tujuan dari bidang kajian penerjemahan pada dasarnya adalah untuk memberikan kontribusi dalam meningkatkan pengetahuan di bidangnya. Adapun bentuk kontribusi dapat dilakukan dengan beberapa cara: Menyediakan data baru; Menjawab pertanyaan; Menguji atau menyaring hipotesis, teori atau metodologi; Mengajukan gagasan baru, hipotesis, teori atau metodologi.

            Seorang peneliti terjemahan seharusnya memiliki pengalaman dalam menerjemah meskipun hanya sedikit, baik sebagai tugas kuliah atau tugas profesional. Seorang peneliti penerjemahan yang tidak memiliki pengalaman menerjemah sama halnya dengan seorang pengemudi yang baru belajar mengendarai mobil. Bisa dibayangkan betapa repotnya menjaga keseimbangan, jalan yang luas pun terlihat sangat sempit, belum lagi mengatur rem dan gas, tentunya tidak mudah bagi orang yang baru belajar -- bisa jadi maunya menginjak rem malah kena gas!

            Memang tidak mudah untuk melakukan proses berfikir, pemilihan kata, keterbatasan kata, dan hal-hal lain yang terkait dalam penerjemahan jika tidak pernah memiliki pengalaman menerjemah. Teori dan praktik penerjemahan bisa jadi berbeda, karena setiap orang memiliki cara berbeda. Misalnya model Penelitian Tindakan Kelas yang ditawarkan oleh Hatim (2001) dalam mengatasi persoalan penerjemahan yang tak terpecahkan (lihat Chesterman dan Wagner 2002).

            Jika penelitian penerjemahan dikarenakan kemauan diri sendiri, untuk meningkatkan kemampuan tertentu atau untuk meningkatkan kemampuan pribadi, salah satu langkah awal yang perlu dilakukan adalah dengan cara memilih topik yang paling diminati. Antusiasme dan ketertarikan terhadap sebuah subjek patut dipertimbangkan.

            Ketertarikan itu bisa jadi untuk meningkatkan pemahaman penerjemahan atau untuk meningkatkan kualitas praktik penerjemahan. Langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan membaca teori-teori penerjemahan dan melihat hasil penerjemahan secara cermat. Kedua ketertarikan itu bisa jadi berupa pengembangan kualitas penerjemahan atau untuk meningkatkan status penerjemah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline