Lihat ke Halaman Asli

Moh Solikin

Kepala Sekolah

Bersyukur dengan Nyata

Diperbarui: 21 April 2023   23:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Pendahuluan

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah swt, bahwa shalat ‘Idul Fitri hari ini dapat kita laksanakan dengan lebih baik lagi dibanding dengan tahun lalu, yaitu dapat kembali shalat berjama’ah secara normal, shaf barisan shalat kembali rapat tanpa harus berjarak, dan tidak diharuskan memakai masker. Terlebih pada awal Januari Pemerintah telah resmi mencabut status pandemi. Barangkali kita kurang menyadari bahwa manusia yang hidup hingga hari ini termasuk manusia pilihan. Dihajar oleh korona dari berbagai penjuru selama 2 tahun, karena rahmat-Nya kita  kuat, tabah, dan sabar, juga selamat. Alhamdulillah.

Fokus Tema  

Tema pada khutbah shalat ‘Idul Fitri hari ini adalah “Bersyukur“. Kita sering membaca buku dan mendengar dari ceramah/pengajian dari para ulama’ dan ustadz mengenai syukur. Pertanyaannya adalah sudahkah kita bersyukur secara nyata?

Sangat perlu diajukan pertanyaan tersebut, karena barangkali kita rajin bersyukur baru sebatas di lisan saja, belum direalsasikan dalam perbuatan dan keikhlasan hati.  Sekaligus menemukan penjelasan secara kontekstual, agar masing-masing kita memahami maksud syukur dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pembahasan 

Lafal syukur (dengan huruf Syin) berbeda dengan sukur (dengan huruf sin). Kata syukur asli dari Bahasa Arab dengan Fi’il Madli    - يَشْكُرُ- شٌكْرًا-وَمَشْكَرًا- فَهُوَ شَاكِرٌ  شَكَرَ-  artinya berterima kasih. Maksudnya berterima kasih kepada Allah swt atas nikmat-nikmat-Nya. Di dalam Al-Qur’an disebutkan syukur sebanyak 75 kali, berbanding lurus dengan kata bala’ sebanyak 75 kali juga. Bila kata syukur dengan lidah Arab maka berarti berterima kasih atas nikmat Allah. Tetapi bila kata sukur dengan lidah (bahasa) Jawa, maka sokur berarti disoraki oleh orang lain. Itu pertanda diri kita sedang tertimpa musibah/bala’ tetapi orang lain senang. Apalagi mengucapkan sokur dengan tasydid ro’-nya “sokurr” itu tanda dia sungguh terlalu sangat gembira dengan musibah yang menimpa kita. Itu karena mungkin kita yang kurang sopan, kurang tata krama, tidak memiliki unggah-ungguh, tidak amit-amit tatkala lewat di dekat orang yang lebih tua, atau anak muda yang ngebut trek-trekan knalpotnya sengaja dibuat sperti knalpot helikopter tanpa peredam,   atau kita terlalu bakhil alias medit, pelit tidak mau bersodaqoh, terlebih pamer kekayaan di medsos, baik anak atau isterinya bergaya hidup hedonis yang membuat geram orang banyak para netizen, ternyata hartanya dipertanyakan kehalalannya, dan berujung dikrangkeng oleh KPK. Maka kegirangan orang-orang diungkapkan dengan kata sokurr ro’ tasydid itu. Oleh karena itu, sebagai manusia yang dibekali akal pikiran yang waras dan hati nurani yang sehat, bahwa kaya itu tidak dilarang, tapi diperoleh dengan halal. Tiwas pamer ternyata itu harta tidak halal, maka ya tinggal menunggu waktu saja keadilan dari Allah swt. Ketetapan Allah ini berlaku terhadap siapa pun, baik Islam maupun bukan Islam semua sama. Dan ini sudah terbukti, silahkan dicek datanya di Dirjen PAS Kemenkumham RI.

Umat Islam menajdi kaya itu malah bagus, asal bersyukur: diperoleh dengan  حَلَالٌ فِى ذَاتِهِ وَحَلَالٌ فِى حُكْمِهِ  (halal materinya/wujud barangnya, dan halal sah dari cara memperolehnya, bukan korupsi/gratifikasi), juga hartanya dizakati sesuai nishabnya, dan dipakai untuk beramal sholeh seperti sodaqoh, infaq, jariyah, menyantuni fakir miskin dan anak yatim. Maka dengan begitu umat Islam akan  dapat membuktikan ajaran Islam itu benar, baik, dan berguna bagi masyarakat, makmur bersama, sejahtera bersama.

لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Artinya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7).

Begitu banyak jumlah nikmat yang Allah berikan kepada kita sejak kita lahir hingga hari ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline