[caption id="attachment_412072" align="aligncenter" width="420" caption="http://commons.wikimedia.org"][/caption]
Saat Jakarta dilanda kerusuhan pada tahun 1998, anak-anak muda Bandung memunculkan singkatan ABCD (Anak Bandung Cinta Damai). Ketika itu, mahasiswa di Bandung berunjuk rasa, tetapi tidak sampai menimbulkan kekacauan besar di dalam kota. Panasnya angin politik yang berembus dari Jakarta seolah-olah diredam oleh hawa Kota Kembang yang masih menyisakan sedikit kesejukan karena dikelilingi gunung.
Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60 tahun ini menguatkan kembali kesan Bandung sebagai kota yang identik dengan kata damai. Pada tahun 1955, udara Bandung tentu lebih sejuk dibandingkan sekarang. Dalam lingkungan seperti itu, pikiran para pemimpin Asia dan Afrika menjadi semakin jernih sehingga mampu melahirkan sepuluh butir pernyataan yang luhur. Bayangkan, saat negara-negara kuat dan serakah masih memikirkan “Negara mana lagi yang mau kita jajah?”, di Bandung berkumandang pesan damai untuk menghormati kedaulatan negara. Sepertinya tidak berlebihan jika Bandung disejajarkan dengan Jenewa, Swiss, yang terlebih dulu mendapat citra sebagai kota perdamaian karena adanya Konvensi Jenewa.
Di Bandung memang pernah terjadi peristiwa Bandung Lautan Api pada tahun 1946. Namun, itu sama sekali tidak menandakan bahwa penduduk Bandung bersifat keras hati atau pemarah. Peristiwa itu justru menunjukkan uniknya sikap warga Bandung (setidaknya saat itu) jika harus melawan. Mereka menghindari konfrontasi yang mungkin bisa disalahartikan sebagai sikap pengecut, tetapi juga sebagai tanda kebesaran hati.
[caption id="attachment_412076" align="aligncenter" width="376" caption="logo 6o tahun KAA"]
[/caption]
Pada dasarnya, sebagai bagian dari masyarakat Sunda, warga Bandung menjunjung tata krama “someah ka semah” atau “ramah kepada tamu”. Sikap itu pula yang membuat Wali Kota Ridwan Kamil mempercantik pusat kota Bandung yang akan menjadi tempat dilaksanakannya puncak acara Peringatan Konferensi Asia Afrika Ke-60. Karena harus ramah kepada tamu, sebagian warga Bandung yang diwakili oleh para pelajar rela berpanas-panasan memeriahkan kegiatan para tamu negara yang menapak tilas (historical walk) dari Savoy Homann ke Gedung Mereka. Semoga kemeriahan ini turut memperluas daya jangkau pesan damai—terutama ke wilayah-wilayah yang sedang dilanda konflik—dari Bandung, Kota Perdamaian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H