Tidak dapat dipungkiri sebagai seorang manusia yang hidup di dunia ini kita tidak akan lepas dari yang namanya pendidikan. Pendidikan sangat penting bahkan dalam Islam juga ada sebuah hadis yang mengisyaratkan " Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina ", Islam mementingkan pendidikan karena pendidikan inilah yang dapat membawa seorang muslim sukses dalam apapun, seperti yang dikatakan " barangsiapa yang ingin dunia maka harus berilmu dan barangsiapa yang ingin akhirat dia harus berilmu dan barangsiapa yang ingin keduanya maka dengan ilmu ", Begitu pentingnya pendidikan sampai dalam hal apapun sampai dianjurkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Namun pendidikan tidak serta-merta segala hal dapat kita pelajari namun ada juga suatu ilmu yang tidak lah kita harus pelajari.
Di Indonesia, pendidikan sampai ditulis dalam pembukaan undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi " mencerdaskan kehidupan bangsa". Dengan berkembangnya pendidikan mulai awal zaman nabi sampai sekarang yakni zaman yang biasa kita sebut dengan Era milenial metode-metode yang digunakan dan cara-cara yang digunakan sangatlah berbeda sekali, karena pemikiran orang-orang zaman dahulu dan orang sekarang sangatlah berbeda kejadian zaman dulu berbeda dengan ke kemodernan zaman sekarang. Maka daripada itu pendidikan yang harus kita jalankan di era milenial adalah syarat utamanya guru yang harus bisa membuat metode-metode the yang semakin maju tepat dan dan sesuai dengan an-naas anak yang hidup pada zaman sekarang jangan samakan dengan zaman ketika guru masih dalam pendidikan.
Banyak metode yang mungkin bisa digunakan oleh seorang pendidik terutama dalam pendidikan Islam guna menghadapi zaman yang serba canggih Atau biasa kita sebut dengan sekarang dengan zaman milenial. Diantaranya yang dapat kita gunakan antara lain melalui pendidikan karakter keteladanan, karena kebanyakan karakter generasi milenial adalah condong ke individualisme tidak patung kurang berbaur dengan lingkungan sekitar karena begitu canggihnya teknologi membuat mereka sibuk dengan teknologi. Generasi ini dikenal sebagai generasi Facebook, Instagram, Twitter, WhatsApp dan internet atau generasi sosial media. Mereka sangat dipengaruhi cepatnya arus informasi dan sangat bergantung pada teknologi. Mereka mampu berinteraksi dengan siapa pun tanpa harus bertatap muka. Bagi generasi ini bekerja tidak harus berada di lokasi pekerjaan, asalkan dapat diselesaikan.
Inilah yang menjadi tantangan bagi seorang pendidik di era milenial sekarang bagaimana cara mereka dapat mengaktifkan kembali rasa kepedulian lingkungan serta tidak bergantung pada teknologi yang sekarang ini yang lama semakin lama membuat kita terjerumus dalam ke individualisme namun Meskipun begitu banyak teknologi sekarang yang mengandung sisi positif dan negatif patutlah Kita bilang mereka generasi milenial ini menuju sisi positif yang akan bimbing mereka hingga menjadi generasi yang benar-benar millenial sesuai dengan harapan dan an an kesesuaian dengan sebutan mereka.
di Indonesia banyak sekali sekolah-sekolah yang sekarang lebih banyak menjadi rujukan orangtua mengedepankan pendidikan Islam contoh kecilnya dalam kehidupan sehari-hari orang tua menyekolahkan anak mengaji di lembaga TPQ TPA dan Diniyah kemudian kadang juga memondokkan di pesantren agar apa? Agar generasi ini tidak terlalu terjerumus ke dalam kecanggihan teknologi yang begitu banyak sisi negatifnya namun jika kita Arahkan dengan benar maka generasi ini akan menjadi yang pertama seorang generasi yang pintar dalam kecanggihan teknologi namun juga mempunyai akhlakul karimah yang sesuai dengan agamanya yakni agama Islam yang rahmatan lil alamin. Kunci persoalannya adalah pada internalisasi. Bagaimana sebuah nilai mampu terinternalisasi dalam diri siswa, sehingga ilmu yang diterima sama dengan akhlaknya. Sebab, buah ilmu yang sesungguhnya adalah akhlak/adab
Namun terkadang banyak juga para generasi muda milenial yang terjerumus dalam sisi negatif kecanggihan teknologi, faktor terbesarnya adalah ah dengan tempat mereka tinggal. Lingkungan yang baik akan menciptakan generasi yang baik pula Begitu juga sebaliknya karena apa pengaruh-pengaruh yang ada dalam lingkungan akan mereka serap dan dan mereka aplikasikan di kehidupan nyatanya karena mereka dalam masa masih remaja mereka ingin mencoba mencari jati diri mereka dengan melakukan apa yang menjadi profesi orang lain, Bahkan tak jarang profesi yang jelek pun mereka ingin coba karena apa mereka ingin mencari arti sesungguhnya hidup mereka di dunia ini. Begitu pula Ketika mereka hidup di lingkungan yang penuh dengan kereligiusan mereka pun ingin mencoba menjadi seperti mereka Karena dalam diri mereka ada rasa pemberontakan yang masih belum bisa mereka kontrol ingin seperti apa mereka nanti di masa yang akan datang.
Pendidikan Islam yang paling menonjol adalah bagaimana caranya seorang pendidik merubah tingkah laku atau memperbaiki akhlak peserta didiknya, bukan hanya guna mencerdaskan ke Akademi San pemikiran peserta didik karena zaman yang sekarang adalah zaman milenial maka guru harus juga menjadi seorang guru yang milenial untuk mendidik siswa atau santri yang milenial juga. Banyak sekali kali cara yang dilakukan oleh sekolah-sekola, pesantren pesantren yang berbasis Islam untuk merubah tingkah laku generasi milenial dengan apa? dengan memasuki jalan yang generasi milenial tersebut suka, karena kalau dengan paksaan maka pendidikan Islam yang seharusnya bisa membuat mereka senang akan menjadi di kan mereka tidak suka dengan pendidikan Islam yang notabennya monoton pada kependidikan yang kuno.
Menciptakan generasi yang beretika memang tidak semudah membalik telapak tangan, tetapi harus dengan perjuangan yang sungguhsungguh. Sebenarnya, hal pertama yang harus diperbaiki adalah niat, niat untuk menjadi yang baik dan membaikkan. Pendidikan haus akan orang-orang yang beretika dan memiliki kesadaran hati nurani dalammenjalankan profesinya, secara tidak langsung pendidikan adalah etika itu sendiri. Orang tahu bersopan santun karena dididik, orang tahu yang mana benar dan yang mana salah juga karena dididik, dan orang berbudi juga hasil dari didikan. Namun, yang sedang marak terjadi sekarang adalah anak yang tidak mau dididik, mereka lebih memilih caranya sendiri dan menganggap dirinya yang paling benar, hebat, dan yang lain dianggap salah. Tentu saja hal tersebut tidak diinginkan terjadi pada generasi Z, sehingga perlu sebuah langkah nyata dalam meresalisasikannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H