Lihat ke Halaman Asli

Moh. Ariful Munir

Guru di SMKS Mabdaul Ma'arif Jombang, Jember

Huru-Hara

Diperbarui: 4 September 2022   21:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Alam membuka mata
Melihat kutu-kutu menghisap darah
di ubun-ubun negeri ini 

Tangan yang semula untuk menangkap kutu,
malah membantu menyibakkan rambut
yang melindungi ubun-ubun 

Otak negeri ini mengering
Syaraf negeri ini lumpuh
Negeri ini sedang sekarat.

Seribu satu janji disebarkan
Seribu satu undang-undang disahkan
untuk menjerat kutu-kutu
tapi sayangnya, semua itu hanya iklan televisi. 

Buktinya, negeriku bertambah sengsara. 

Saat ubun-ubun mengering
dan rambut mulai rontok,
Ku kira kutu-kutu itu akan mati
tapi, mereka melompat dengan indah
berpindah dari dunia atas ke dunia bawah
ya, mereka sekarang bersarang di jembut. 

Kutu-kutu itu tak peduli
dimana mereka menjajah
Asal perut kenyang, apapun dilakukan

Tangan yang seharusnya meringkus mereka
hanya bisa menggaruk-garuk
hanya sebagai bukti mereka berguna.

Jika tangan tak lagi bisa meringkus kutu-kutu itu,
siapa yang akan meringkusnya?
kaki?
mata?
bibir?
atau telinga?

Mungkin hanya doa yang bisa membuat keajaiban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline