Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi elemen yang tak terpisahkan dari kehidupan generasi Z dimasa sekarang. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, platform-platform media sosial seperti, Instagram, tiktok, twitter memainkan peran penting dalam cara kita berinteraksi dan berkomunikasi,. Dengan kemajuan teknologi, media sosial menawarkan platform di mana orang dapat berbagi informasi, berinteraksi dengan orang lain, dan membangun hubungan sosial tanpa batasan geografis. Di satu sisi, media sosial memberikan banyak manfaat. Misalnya, memungkinkan kita untuk tetap terhubung dengan teman dan keluarga, mengakses informasi dan berita terkini, serta memperluas koneksi atau interaksi. Namun, media sosial juga memiliki dampak negatif. Pengguna khususnya generasi z sekarang sering kali mereka merasa tertekan untuk menampilkan versi ideal dari kehidupan mereka, yang dapat menyebabkan perbandingan sosial yang tidak sehat dan perasaan iri. Ini bisa berkontribusi pada masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Selain itu, media sosial dapat menjadi tempat penyebaran informasi palsu dan perundungan siber, yang dapat berdampak serius pada kesejahteraan individu di era digital sekarang.
Di era digital ini sering muncul video-video di berbagai platform media sosial yang menampilkan tanda-tanda dan gejala gangguan jiwa. Hal ini memengaruhi banyak orang yang mulai merasa bahwa mereka juga mengalami gejala yang sama, sehingga mereka mulai mendiagnosis diri sendiri dengan gangguan jiwa tertentu, yang dikenal sebagai self-diagnosis. Self-diagnosis terjadi ketika seseorang mendiagnosis dirinya sendiri berdasarkan informasi yang mereka temui di internet atau pengetahuan yang dimiliki. Namun, penting untuk diingat bahwa informasi yang ditemukan di internet seringkali tidak didasarkan pada bukti medis yang kuat atau tidak sesuai dengan prinsip evidence-based medicine. Oleh karena itu, self-diagnosis dapat menjadi berbahaya karena dapat menyebabkan ketidakpastian dan kesalahpahaman mengenai kondisi kesehatan seseorang.
Generasi z sering kali terlibat dalam perbandingan sosial di media sosial karena berbagai alasan, termasuk mencari validasi, meningkatkan harga diri, mengurangi ketidakpastian, dan melakukan perbaikan diri. Mereka mungkin membandingkan diri dengan orang lain dalam hal penampilan fisik, gaya hidup, pencapaian, hubungan, dan aspek kehidupan lainnya. Pengguna media sosial sering mengemas dan mempresentasikan versi ideal dari diri mereka dan pengalaman mereka secara selektif secara online, menyoroti aspek positif sambil menyembunyikan yang negatif. Presentasi diri selektif ini dapat merusak persepsi dan menyebabkan perbandingan yang tidak realistis dengan orang lain.
Perbandingan sosial yang berlebihan di media sosial dapat memiliki efek psikologis negatif, termasuk penurunan harga diri, peningkatan perasaan kesepian atau depresi, peningkatan ketidakpuasan tubuh, dan kecemasan yang meningkat. Individu mungkin merasakan rasa ketinggalan atau tidak memenuhi standar yang ideal yang mereka temui online.
Sikap kecanduan bermain media sosial juga memberikan dampak negatif pada mental seseorang. Saat ini media sosial memang sudah menjadi bagian hidup dari anak generasi z di masa sekarang, namun sayangnya masih banyak yang tidak sadar akan dampak negatif akibat menghabiskan banyak waktu di media sosial. Terlebih lagi, penggunaan media sosial yang berlebihan sering kali mengarah pada isolasi sosial, mengganggu hubungan pribadi, dan bahkan mengurangi produktivitas dalam kegiatan sehari-hari. Dampak fisik seperti gangguan tidur, sakit kepala, dan ketegangan otot juga bisa muncul akibat terlalu lama terpaku pada layar. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk menetapkan batas-batas penggunaan media sosial, menjaga keseimbangan antara waktu online dan offline, serta mencari dukungan jika mereka merasa terganggu oleh kecanduan media sosial ini.
Meskipun mempunyai banyak manfaat penggunaan media sosial juga dapat memiliki beberapa dampak negatif pada kesehatan mental gerenerasi z dimasa sekarang. Diantaranya, penggunaan media sosial dapat menyebabkan timbulnya gangguan ansietas dan depresi, meningkatkan perasaan kesepian dan gangguan emosi, serta menyebabkan stres akibat penggunaan yang berlebihan. Selain itu, penggunaan media sosial juga dapat memicu kecanduan, cyberbullying, dan perasaan iri hati, Hal ini juga dapat mengakibatkan kurangnya komunikasi langsung dengan orang lain, menurunkan kualitas hubungan interpersonal, serta menghambat kemampuan berpikir kritis pada remaja. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai isu kesehatan mental tersebut. seperti, Membatasi Waktu Penggunaan Media Sosial, Berinteraksi/bersosialisasi di lingkungan sekitar, Melakukan Hal-Hal yang Produktif dan Konsultasi ke psikolog atau psikiater.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H