Setelah menjalankan ibadah puasa Ramadan, umat muslim selanjutnya akan merayakan hari kemenangan. Hari Raya Idulfitri adalah momen yang sangat ditunggu-tunggu bagi setiap umat muslim.
Selain menjadi waktu untuk berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara, Hari Raya Idulfitri juga digunakan untuk saling bermaaf-maafan kepada antarsesama atas kesalahan yang pernah dilakukan.
Dalam perayaan Idulfitri atau Lebaran, terdapat sajian khas yang selalu ada saat perayaan itu berlangsung, seperti opor ayam, ketupat, sambal goreng kentang, hingga rendang.
Merayakan Lebaran bersama keluarga akan terasa kurang apabila tidak ada hidangan ketupat. Biasanya, mendekati Lebaran tiba, akan banyak pedagang yang menjual ketupat dengan harga yang beragam.
Pedagang menjualnya dalam dua pilihan. Ada yang menjual dalam bentuk sudah matang atau dapat langsung dikonsumsi dan ada juga yang menjual masih dalam bentuk anyaman.
Nah, bagi yang membeli dalam bentuk anyaman, berarti pembeli harus membuatnya sendiri dengan beras sendiri.
Ketupat atau kupat adalah hidangan pengganti nasi saat Lebaran yang terbuat dari beras yang direbus dengan cara dibungkus dalam anyaman daun kelapa muda atau janur.
Dalam sejarahnya, ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu bagian dari Wali Sanga ketika berdakwah menyebarkan agama Islam di Jawa.
Ketupat sangat pas untuk disantap bersamaan dengan hidangan khas Lebaran seperti opor ayam. Ketupat memiliki rasa yang hampir sama seperti nasi biasa, hanya saja karena dibungkus dengan daun kelapa, membuat aromanya sedikit berbeda.
Di balik rasanya yang nikmat itu, ketupat ternyata memiliki makna filosofi yang sangat dalam. Ketupat dalam tradisi masyarakat Jawa memiliki arti "ngaku lepat" yang memiliki arti mengakui kesalahan.