Lihat ke Halaman Asli

Moh Ikhsani

Mahasiswa

Culture Shock, dari Mesin ke Sastra

Diperbarui: 24 November 2022   13:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: www.tmb.ie

Berbeda dengan tulisan-tulisan sebelumnya, kali ini penulis akan sedikit berbagi pengalaman yang pernah penulis alami kepada para pembaca. Pengalaman yang menurut penulis sebagai pengalaman yang tak terlupakan.

Sebagai seorang siswa yang ingin melanjutkan kuliah, saat itu sempat terbesit di benak penulis keinginan untuk meneruskan berkuliah mengambil jurusan yang sama seperti saat penulis masih SMK dulu.

Sedikit kembali ke belakang, penulis pernah bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta yang dikelola oleh sebuah organisasi keagamaan besar di Indonesia.

Selama di SMK, penulis mengambil jurusan teknik pemesinan. Faktor keinginan untuk bisa bekerja di perusahaan manufaktur besar skala nasional bahkan internasional menjadi latar belakang penulis dalam mengambil jurusan tersebut.

Tiga tahun menggeluti dunia perteknikan, penulis akhirnya "menyerah" dan memutuskan untuk berpindah haluan ke ranah sastra. Ya, hal itu sangat jauh berbeda sekali terhadap apa yang telah penulis pelajari selama di SMK.

Alasan yang membuat penulis memilih berpindah ke sastra daripada meneruskan ke teknik pemesinan adalah karena faktor materi. Banyak materi kejuruan yang dipelajari di sekolah, sulit untuk penulis terima. Dalam artian, penulis sulit memahami materi yang diberikan guru.

Entah karena faktor metode pengajarannya yang menurut penulis tidak cocok sehingga sulit diterima, atau memang kemampuan otak penulis yang kurang dalam menerima materi yang diberikan.

Menjadi siswa jurusan teknik pemesinan, penulis tentunya sudah akrab dan terbiasa dengan segala jenis mesin yang dipelajari maupun digunakan selama menjadi siswa SMK dulu.

Mulai dari mesin yang tidak terlalu rumit seperti gerinda. Kemudian mesin yang perlu sedikit menghafal bagian-bagiannya, seperti mesin bubut dan mesin frais, hingga mesin yang sangat kompleks karena membutuhkan kecermatan yang lebih seperti mesin CNC (Computer Numerical Control).

Banyak hal yang cukup membuat penulis kaget dan tidak siap saat menjadi mahasiswa sastra. Bisa dikatakan pada saat penulis menjadi mahasiswa baru, penulis sedang mengalami culture shock atau keterkejutan budaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline