Rabu, 04 Oktober 2017.
Saat itu sore menjelang dan jam pulang kerja pun sudah tiba, pukul 16.00 WIB kami pulang biasanya didahului dengan rutinitas Apel Sore yang menandakan kegiatan sudah berakhir dan masing-masing pegawai sudah boleh kembali ke rumahnya masing-masing.
Begitu selesai Apel, langsung kupacu motorku melesat menuju ke rumah, karena lagi hangat-hangatnya punya bayi maka aku tidak ingin ketinggalan momen-momen ia menuju dewasa, karena momen ini tak akan terulang lagi, maka semaksimalkan mungkin aku ingin selalu dekat denganmu, Byan.
Hingga tiba di perempatan lampu merah daerah Batu 6 (di tempatku nama daerah lebih dikenali dibanding nama jalan), dan istilah Batu mungkin merujuk pada Kilometer... Entahlah yang jelas istilah Batu memang lebih populer dan sudah ada sejak aku kecil bahkan sebelum lahir, Jadi berhentilah aku di persimpangan Kilometer 6.
Melamunku sebentar menjelang kepulangan aku di rumah, ingin membawa makanan untuk istriku di rumah. Belum sempat terbayang makanan apa yang ingin kubeli, tiba-tiba lamunanku terbuyarkan dengan suara anak kecil.
"Om boleh numpang ?" Anak itu bertanya pelan kepadaku.
Aku kembali teringat bocah yang berjual koran pada malam waktu itu hampir setahun yang lalu. Kisah bocah tersebut ditulis disini (Sebuah Pelajaran Berharga tentang Hidup dari Seorang Loper Cilik), sebaiknya dibaca dahulu kisah yang lalu agar dapat diambil hikmahnya dari kedua kisah ini.
Berharap ia yang kembali menyapaku.... ternyata bukan.
"Mau kemana dek ?" Tanyaku keheranan.
"Ke depan Om Batu 8 (Kilometer 8) dekat lampu merah" jawab ia memelas.
"Oh iya sekalian aja..." Belum sempat aku menyelesaikan kata disergahnya lagi "Sebenarnya mau Ke Toko Buku depan om..."
"Oooh tak apalah naik sekalian memang mau lewat sana kok" jawabku.
Lokasi Toko Buku berada di Batu 9, berarti tidak jauh dari tujuan awal anak itu.
Seperti anak yang dahulu aku tumpangi, pertanyaan yang kutanyakan juga hampir sama persis.
"Tak sekolah dek ?" Mulai membuka obrolan.
"Tak om" jawabnya.
"Ooh lagi libur apa dah balek sekolah ?" Kembali ku berharap bahwa anak ini masih bersekolah.
"Tak lah om kami dah berhenti kelas 1 (SMP) kemaren" jawab anak itu santai.
"Orang tua tak marah tak sekolah?" Tanyaku keheranan.
"Orang tua kami dah tak ada, dah lama ninggalkan kami sejak kecil, mamak kami kabur om" jawab ia polos.