Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Faiz Attoriq

Kontributor lepas

Tuhan, Izinkan Aku untuk Hidup Selibat

Diperbarui: 23 Mei 2023   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com/Victoria Regen

Di mana ada pertemuan, pasti ada perpisahan, begitu juga dengan pernikahan yang juga akan diakhiri dengan perceraian, entah secara baik-baik atau diawali dengan konflik.

Berita tentang kasus perceraian di mana-mana dan dampak perceraian menyebabkan Indonesia mengalami fatherless membuat saya jadi cemas bagaimana dengan saya nanti.

Lebih dari itu, bagaimana mengemban tugas yang berat tentang hidup berumah tangga sangat menakutkan bagi saya: komitmen seumur hidup.

Tidak hanya tentang kebahagiaan, saya berpikir pernikahan itu lebih dari sekadar menghalalkan hubungan atau ingin bersama dengan orang yang dicintai.

Pernikahan adalah konsekuensi dan membutuhkan komitmen seumur hidup, sedangkan saya paling takut tentang komitmen jangka panjang.

Saya paham betul dengan batasan saya sendiri, ketika diajak untuk berkomitmen, saya lebih memilih untuk menghindar dari awal daripada gagal berkomitmen.

Komitmen dalam pernikahan sangat berat, terlebih soal hubungan seumur hidup, ini yang saya takutkan sehingga harus menghindarinya.

Saya punya trauma sejak remaja tentang komitmen yang tidak bisa saya penuhi, entah bersama keluarga, teman, atau pasangan saat SMA dulu.

Ingin hidup selibat

Di agama saya, pernikahan sebenarnya sunah hukumnya, tapi dipelintir seolah-olah menjadi wajib, katanya untuk menghindari zina atau perbuatan keji.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline