Kata orang, mengikhlaskan itu mudah karena sudah mengalami kehilangan yang sangat menyakitkan.
Kata orang, mengikhlaskan itu mudah, ia seperti membalikkan telapak tangan: tidak ada kendala sama sekali.
Kata orang, mengikhlaskan itu mudah, karena yang baru akan selalu ada dan pasti lebih baik dari yang dulu pernah ada.
Itu kata orang, tapi kataku, mengikhlaskan itu sulit, sampai kapan pun akan terasa sangat sulit untuk mengikhlaskan.
Tidak selamanya aku bisa kuat dengan kehilangan, sekali saja sudah menyakitkan, apalagi berkali-kali.
Kalau orang lain semakin dewasa dengan luka kehilangan, aku semakin terluka saat dewasa karena kehilangan.
Kalau kata orang mengikhlaskan itu seperti membalikkan telapak tangan, bagiku bak membalikkan telapak tangan gajah.
Perkara kehilangan bukan hal yang mudah untuk mengikhlaskan, ada yang harus menepi untuk menangis sejadi-jadinya.
Bagiku, kehilangan demi kehilangan membuatku enggan untuk memiliki lagi karena ujung-ujungnya adalah kehilangan.
Kebanyakan orang, pasti akan ada pengganti yang dulu pernah ada, tetapi bagiku tidak pasti ada.
Yang menjadi pertanyaan terbesarku, apa selalu harus ada pengganti dari orang yang sudah pergi?