Ada sebuah cerita mudik, tetapi lebih tepatnya cerita waktu saya tidak mudik lebaran karena COVID-19.
Maksudnya bukan karena terpapar virus SARS-CoV-2, melainkan dampak serius dari penularan virus ini.
Ini terjadi pada tahun 2020, ada anjuran tidak mudik lebaran demi menekan penularan virus penyebab COVID-19 ini.
Sempat beli tiket kereta api untuk mudik, akhirnya saya membatalkannya, untungnya saat itu PT KAI mengeluarkan kebijakan refund 100%, bukan 75% seperti umumnya.
Memang, uang kembali seutuhnya, tetapi saat itu ada cerita menyedihkan karena hubungan silaturahim terputus.
Namun, ternyata ada hikmahnya tersendiri di balik mengapa mudik pada akhirnya dibatalkan, apa saja itu?
1. Hemat biaya
Bepergian tidak lepas dari budget atau akomodasi perjalanan, entah tiket kereta api atau tarif tol, makan dan minum, dan BBM.
Saat COVID-19 melanda, anjuran tidak boleh bepergian ke luar kota dikeluarkan pemerintah, otomatis tidak ada mudik tahun itu.
Mulanya, saya keberatan, tetapi justru ada hal yang lebih penting lagi, yaitu agar keluarga di kota asal tidak tertular.
Ini sama dengan prinsip fikih yang menyatakan bahwa menghindari mudarat lebih diutamakan daripada meraih manfaat.
Artinya, menghindari penularan virus yang belum ditemukan vaksinnya saat itu lebih utama daripada meraih keutamaan silaturahim.