Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Faiz Attoriq

Kontributor lepas

Menyikapi Secara Bijak Fenomena Berkurangnya Sandal Jamaah Tarawih

Diperbarui: 5 April 2023   21:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibadah salat. (Foto: Unsplash.com/Masjid Pogung Raya)

Saat Tarawih pertama, jamaah masjid membeludak sampai masjid tersebut tidak sanggup menampung.

Malam Ramadan pertama itulah, jumlah sandal tak terhingga sampai berserakan entah di mana saking banyaknya.

Begitu juga dengan menginjak malam kedua, ketiga, hingga kesepuluh Ramadan, jamaah Salat Tarawih masih banyak.

Begitu memasuki 10 hari kedua, saf jamaah Salat Tarawih di sebuah masjid mulai 'maju' secara perlahan.

'Maju'-nya saf tersebut berkorelasi dengan mulai berkurangnya sandal di teras masjid menandakan jamaah mulai menyusut.

Begitu hari-hari terakhir, masjid mulai terasa lega, tidak terlalu ramai jamaah Salat Tarawih di tempat itu.

Bagaimana dengan sandalnya? Mulai sedikit dan mulai bisa ditata rapi, artinya jamaah semakin menyusut.

Apabila dilihat dari penampakan fisiknya, banyak yang mengatakan bahwa semangat untuk Salat Tarawih menurun.

Bahkan, beberapa kali ceramah menyinggung bahwa jamaah mulai lebih memenuhi mal daripada masjid.

Padahal, penghakiman tersebut belum tentu tepat sasaran, apakah orang-orang benar-benar memilih mal ketimbang tempat ibadah?

Sebelum mengeluarkan pernyataan tersebut, alangkah baiknya kita menyikapi secara bijak terhadap fenomena jamaah yang kian sedikit menjelang akhir Ramadan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline