Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Faiz Attoriq

Kontributor lepas

Terbuka Itu Perlu

Diperbarui: 1 April 2023   20:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keterbukaan dalam komunikasi dan relasi. (Foto: Unsplash.com/Priscilla du Preez)

Meskipun diciptakan dengan 'sempurna'. sesungguhnya manusia tidaklah benar-benar sempurna di mata-Nya.

Salah satu kelemahan kita adalah tidak bisa membaca pikiran orang lain tentang apa yang mereka pikirkan terhadap kita.

Karena keterbatasan inilah, kita juga tidak bisa menilai orang itu jujur atau bohong detik itu juga atau mengetahui apa yang disembunyikan.

Ya, ini yang membuat kita tidak bisa melihat lebih tentang seseorang, ini sangat menyiksa di beberapa orang.

Bahkan, timbul prasangka buruk kentang seseorang yang pikirannya tidak bisa dibaca oleh siapa pun.

Apakah prasangka buruk saja? Tidak, ada fenomena overthinking karena seseorang, misal "Apa dia cinta aku?", "Apa dia akan meninggalkanku?", atau "Dia jujur atau bohong?".

Bukan bermaksud untuk membenarkan, overthinking dan prasangka buruk tumbuh karena manusia tidak bisa membaca pikiran orang.

Mengapa? Kita hanya bisa melihat seseorang hanya berdasarkan apa yang kita dengar atau lihat.

Ibarat filosofi santan, kita masih baru sampai pada tahap buah kelapa yang baru saja dipetik.

Kalau pun ada yang bisa membaca pikiran orang itu tidak seberapa, hanya paranormal atau memiliki indra keenam.

Kita tidak bisa memiliki kemampuan membaca pikiran orang seperti di cerita fiksi, mengapa?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline