Selama ini, kita mengetahui puasa hanya sekadar menahan diri dari hasrat ingin makan, minum, atau hal-hal lain yang membatalkan puasa.
Tetapi, sebenarnya esensi dari puasa tersebut adalah melawan hawa nafsu duniawi yang berpotensi menggugurkan pahala.
Di ritual yang terlaksana selama sebulan inilah, kita diajarkan untuk meningkatkan keimanan dan memperbaiki akhlak.
Selama 11 bulan kemarin, kita terjebak dalam urusan duniawi yang memabukkan, seperti sibuk menimbun harta dengan bekerja.
Kita hanya diberi waktu 1 bulan saja dalam setahun untuk memperbaiki diri agar mematangkan ketakwaan dan kesalehan, tidak lebih dari waktu itu.
Ramadan menjadi guru besar yang mendidik kita tentang kepedulian sosial melalui rasa lapar dan haus selama seharian ini.
Tujuannya jelas, agar kita tidak semena-mena apalagi menindas orang yang posisinya di bawah kita.
Salah satu penindasan tersebut adalah flexing atau memamerkan sesuatu, termasuk pamer kekayaan.
Tren flexing masih hangat di negara ini dari ulah keluarga pejabat yang menuai cacian dan sumpah serapah.
Sikap ini sangat bertentangan dengan takaran moralitas bangsa negara ini karena masih banyak orang yang serba kekurangan.
Seharusnya, dalam Ramadan inilah kita diajarkan untuk menahan diri dari hasrat memamerkan sesuatu.