Bagi sebagian besar orang, masalah harus dihadapi karena akan mendewasakan seseorang agar menjadi lebih baik.
Banyak yang menganggapnya penuh dengan rasa yakin bahwa semua masalah bisa dihadapi meskipun harus berdarah-darah.
Namun, tidak sedikit orang yang lebih memilih untuk menghindar dan berhenti untuk bertahan menghadapi masalah hidup.
Ada yang memutuskan untuk menghindar dengan cara mengundurkan diri karena tidak mampu bekerja di bawah tekanan.
Ada pemimpin yang begitu tidak mampu mengatasi masalah di daerahnya akhirnya memutuskan untuk mundur.
Karena takut terluka, tidak bisa membuat pasangannya kelak bahagia, atau takut dengan komitmen, seseorang memilih untuk menghindari pernikahan.
Sayangnya, keputusan untuk menghindar kerap menuai cibiran atau hujatan dari orang-orang yang merasa mampu untuk menghadapi masalah.
Orang yang memutuskan untuk menghindar sering dicap pengecut, lari dari tanggung jawab, atau bahkan dihakimi sebagai orang yang tidak punya etika atau mudah berputus asa.
Andai semua orang dianugerahi kemampuan membaca pikiran, tentu penghakiman dan stigmatisasi seperti tadi tidak akan pernah ada.
Semua yang bisa membaca pikiran seseorang itu akan mengerti tentang peliknya perasaannya sampai harus menghindar dari masalah.
Keputusan untuk menghindar akan lebih baik bagi seseorang apabila beban masalah yang dihadapi terlalu besar.