Lihat ke Halaman Asli

MASE

Mochammad Hamid Aszhar

Tujuan Hidup, Masih Perlukah? !

Diperbarui: 5 Juli 2024   10:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apakah masih diperlukan tujuan hidup dengan semua derivatifnya seperti resolusi, cita-cita, impian, visi, misi, target dan seterusnya?

Kita menetapkan tujuan hidup berdasarkan tingkat pemahaman atas informasi dan imajinasi tertentu. Kita merasa bahwa kita telah mencapai titik dimana kita mengetahui segalanya di alam semesta, padahal pemahaman kita sangat terbatas. Dengan pemahaman yang terbatas maka tujuan yang terbentuk juga terbatas. Jika kita bertumbuh dengan cepat, kita akan merevisi tujuan kita sendiri. Satu contoh ketika kita menetapkan tujuan finansial tahun ini memiliki pendapatan Rp 1,2 miliar per tahun. Dan ternyata kita bertumbuh secara sangat cepat dengan pendapatan Rp 6 miliar per tahun maka kita akan merevisi kembali tujuan tersebut. Sebaliknya bila kita menetapkan target pendapatan Rp 1,2 miliar per tahun tidak ada dedikasi mencapainya maka target pendapatan tersebut hanya akan menjadi keinginan muluk-muluk yang justru menyiksa batin. Friedrich Nietzsche menyampaikan, hope, in reality, is the worst of all evils because it prolongs the torments of man. 

Seringkali kita menyukai adanya tujuan hidup karena itu memberi rasa tertentu. Kita mencari tujuan hidup sebagai percikan struktur psikologi yang kita atur sendiri. Struktur psikologi berfungsi berdasarkan tingkat pemahaman atas informasi dan imajinasi terbatas yang kita kumpulkan. Fakta sebenarnya banyak hal dalam hidup ini yang tidak kita ketahui. Jika kita hidup 1000 tahun pun masih tidak akan tahu sepenuhnya hidup ini secara keseluruhan. Kita merasa bila mempunyai tujuan akan terhubung dengan kehidupan, padahal tidak. Jika kita memiliki tujuan hidup dan sudah memenuhinya, setelah itu apa yang kita lakukan? Puas sebentar setelah itu bosan. Kalaupun tujuan tersebut tercapai sesuai target, kegembiraan itu bertahan tidak lama. Penelitian yang dilakukan Phillippe Verduyn dan Saskia Lavrijsen dari University of Leuven, Belgia menunjukkan bahwa durasi kegembiraan itu hanya bertahan 35 jam. 

Kita mencoba cari-cari kembali tujuan hidup baru. Tujuan hidup akan terus berganti-ganti sesuai dengan informasi dan imajinasi kita yang berkembang seiring berjalannya waktu dan kondisi yang ada. Jika tidak mencapai tujuan cenderung akan patah semangat. Hidup seperti terus mengejar bayangan. Begitu seterusnya seperti tiada habisnya. Karunia hidup di sini sekarang, here and now, kurang bahkan tidak disyukuri. Terlebih lagi mencapai tujuan hidup belum pasti, namun menua dan mati suatu hari nanti itu pasti.Ini yang disebut psychological trap. Proses pikiran dan emosi seringkali jauh lebih penting dari proses hidup itu sendiri, padahal sejatinya proses hidup itu sendiri yang lebih penting. Kita jadi tidak bisa langsung menikmati hidup here and now, di sini dan sekarang juga.

Tujuan hidup juga sering membuat seseorang sombong dan gila. Berpikir bahwa telah melakukan hal yang paling fantastis. Struktur psikologi manusia selalu menginginkan suatu tujuan, bahkan seringkali bukan tujuan yang sederhana namun tujuan yang diklaim mulia berasal dari negara atau Tuhan. Seringkali orang-orang yang memiliki tujuan seperti ini melakukan hal-hal kejam dan mengerikan di bumi ini, seperti tega membunuh makhluk lain atau membunuh diri sendiri yang tidak perlu atas nama negara atau Tuhan. Mengapa hal ini terjadi? Karena begitu memiliki tujuan hidup yang diklaim berasal dari negara atau Tuhan, kehidupan di sini dan sekarang ini menjadi kurang penting dibanding tujuan tersebut. Ini adalah psychological trap selanjutnya.

Bila tujuan hidup dengan semua derivatifnya seperti cita-cita, impian, visi, misi, target itu membuat jarak antara diri kita dengan tujuan hidup tersebut, maka tujuan hidup yang seperti ini tidak diperlukan. Mengapa? Pengalaman hidup itu seperti mengalami udara, hanya bisa disadari seiring prosesnya, seiring inhale dan exhale nafas kita. Mengalami udara tidak bisa dijadikan tujuan hidup seolah ada suatu kondisi kehidupan mengalami udara yang mau kita tuju. Mengalami udara tidak perlu kita tambahkan ke diri kita seolah ada sesuatu yang perlu kita tambahkan ke diri kita. Sama sekali tidak diperlukan tujuan atau diperlukan tambahan di masa depan untuk mengalami udara. Kehidupan dan kebahagiaan itu di sini kini (here and now).

Langsung saja menikmati hidup here and now, di sini dan sekarang juga. Moment yang sudah tersedia dan paling penting untuk kita adalah here and now. Sejatinya saat cita-cita, impian, tujuan, visi, misi dan harapan itu diilhamkan Tuhan kepada kita agar kita bisa hidup lebih baik di sini kini. Sepaket dengan kita diilhamkan cita-cita, impian, tujuan, visi, misi dan harapan maka sepaket pula kita diberikan kekuatan mewujudkannya. Everyone, everything is you pushed out. Tidak ada keterpisahan dan jarak antara cita-cita, impian, tujuan, visi, misi dan harapan dengan diri kita. Everyone, everything is you pushed out

Masa lalu dan masa depan adalah ilusi. Semua yang dilakukan manusia sejatinya berada pada present moment. Karena itu manusia disebut human being bukan human doing. Masa lalu adalah kumpulan moment cerita saat ini yang sudah lewat yang jadi jalan pembuka pada kehidupan yang lebih baik di sini, sekarang, here and now. Masa depan adalah kumpulan moment saat ini yang menunggu hadir di hidup kita merupakan rahasia Tuhan agar kita melakukan yang terbaik di sini, sekarang. Here and now. Kita tidak hidup di masa lalu dan tidak juga hidup di masa depan, maka sungguh sangat tidak bahagia, tidak sadar dan tidak bermakna bila kita tidak hidup sepenuh hati (sadar penuh, hadir utuh) di sini, sekarang. Here and now

Senyata-nyatanya masa lalu hanyalah memori dan senyata-nyatanya masa depan hanya bayangan. Ingat, durasi waktu kebahagiaan/kepuasan/kenikmatan hidup dalam pencapaian tujuan dengan semua derivatifnya seperti resolusi, cita-cita, impian, visi, misi, target dan seterusnya rata-rata hanya bertahan 35 jam sedangkan proses mencapai tujuan itu bisa berbulan-bulan, bertahun-tahun bahkan sepanjang hidup kita. So, nikmati proses hidup ini di sini sekarang juga !

Kebahagiaan, kepuasan, kenikmatan hidup itu bukan hanya di hasil tapi kebahagiaan, kepuasan, kenikmatan hidup itu justru lebih lama di proses. Satu contoh ketika kita menetapkan tujuan finansial tahun ini memiliki pendapatan Rp 1,2 miliar per tahun. Ketika tujuan finansial itu tercapai kebahagiaan, kepuasan, kenikmatannya hanya sebesar rata-rata 35 jam. Namun proses mencapai pendapatan Rp 1,2 miliar per tahun itu bisa berbulan-bulan bertahun-tahun bahkan tidak pernah tercapai di sepanjang hidup kita. Lalu kapan bahagianya? Lalu kapan puasnya? Lalu kapan bisa menikmati hidup? 

Surga kebahagiaan, kepuasan, kenikmatan hidup itu di prosesnya di sini sekarang ! Menikmati prosesnya masuk ke dalam present moment, here and now. Bukan di masa depan atau di masa lalu. Bila kita sibuk mengkhawatirkan masa depan dan meratapi masa lalu maka kita tidak akan pernah bisa merasakan surga kebahagiaan, kepuasan, kenikmatan dalam hidup. Bagi yang berhati surga, tinggal dimanapun termasuk di bumi maka dimanapun adalah surga. Bagi yang berhati neraka, tinggal dimanapun termasuk di bumi maka dimanapun adalah neraka. Kita yang tidak bisa merasakan kenikmatan , kesadaran dan kebermaknaan hidup di level alam berdimensi rendah di dunia ini, sungguh akan sulit merasakan kebahagiaan di level alam berdimensi tinggi di akhirat. (QS 3 : 102)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline