Lihat ke Halaman Asli

Saran Pak Habibie Untuk Tidak Memilih Partai Karena Capres Yang Diusungnya Membuat Bingung

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Habibie/Kompas.com

[caption id="" align="alignnone" width="780" caption="Pak Habibie/Kompas.com"][/caption] Dalam acara Mata Najwa, Pak Habibie pernah memberikan kriteria mengenai Calon Presiden yang akan didukungnya adalah para capres yang usianya antara 40 tahun sampai dengan 60 tahun. Setiap disodori gambar atau foto bakal capres yang kemungkinan besar akan maju menjadi capres, Pak Habibie selalu mengulang, "Kriteria saya umurnya antara 40 tahun sampai 60 tahun." Pak Habibie tidak menyebut nama orang tetapi hanya memberikan kriteria umur. Selain berumur 40 tahun sampai 60 tahun, capres itu juga harus orang yang problem solving, memiliki wawasan jelas, dan rekam jejaknya juga kelihatan. Dari kriteria Pak Habibie di atas, khalayak dapat menyimpulkan sementara bahwa orang orang yang memenuhi kriteria itu adalah Pak Jokowi. Usianya jelas antara 40 dan 60. Pak Jokowi dipercaya sebagai seorang problem solver, wawasannya jelas dan memiliki rekam jejak yang kelihatan. Akan tetapi, Pak Habibie juga memberi saran agar masyarakat jangan memilih partai hanya karena calon presiden yang diusung partai tersebut (sumber). Hal itu tentu membuat sebagian masyarakat bingung. Sejatinya, apabila masyarakat memahami bahwa pada 9 April 2014 nanti yang dipilih adalah Caleg DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dan Calon DPD, masyarakat tidak perlu bingung. Masyarakat harus mengesampingkan dulu capres yang diusung partai politik dan memilih partai politik berdasarkan rencana pembangunan yang akan dilakukan oleh partai politik tersebut atau memilih caleg yang dipercaya memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk menjadi Wakil Rakyat dan dapat dipercaya. Masyarakat harus dapat membedakan bahwa pemilu 9 April 2014 adalah untuk memilih Anggota DPR RI, DPRD Provinsim DPRD Kabupaten/Kota dan DPD. Sedangkan, pemilihan Presiden baru akan dilakukan pada 9 Juli 2014. Bagi kalangan terdidik tidaklah sulit untuk melakukan pemisahan kedua pemilihan tersebut tetapi bagi kalangan kurang terdidik, hal tersebut bukan perkara mudah. Bagi masyarakat kebanyakan yang tidak memiliki kecenderungan pada salah satu partai politik tertentu (massa mengambang), pemikirannya sederhana saja, yaitu apabila capresnya mereka sukai dan akan mereka pilih sebagai Presiden, maka mereka akan memilih partai politik yang mengusung capres tersebut. Bagi sebagian yang lain yang memiliki kecenderungan terhadap partai politik tertentu, dalam pemilu 9 April 2014 mereka akan memilih partai politiknya dan pada pilpres 9 Juli 2014 akan memilih capres yang dipercaya akan mampu memenuhi harapan mereka. Saya tidak dalam posisi untuk menganjurkan pembaca untuk memilih partai politik atau capres tertentu. Juga saya tidak dalam posisi untuk mengajak pembaca untuk mengikuti saran Pak Habibie. Saya percaya bahwa setiap pribadi kita telah memiliki preferensi sendiri baik terhadap partai politik, caleg, calon DPD atau capres tertentu. Silakan saja pilih yang menurut pembaca adalah pilihan terbaik. Itu hak Anda. Ada pun yang saya sarankan adalah agar para pembaca pergi ke TPS pada 9 April 2014 dan 9 Juli 2014 nanti. Menjadi Golput tidak ada gunanya karena suara Anda tidak dihargai sama sekali kecuali hanya dijadikan statistik. Salam Indonesia Raya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline