Lihat ke Halaman Asli

Jelita (dan) Alam

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku ingin menjadi ular agar kulit kulit kasarku menyerupa tameng rajanya raja

Menyelubungi tubuh mulusmu hangat bagai rumah kayu di pepinggiran danauloch ness

Jelita rupamu rupakan naluri perawan suci semesta alam

Yang dulu hijau tawarkan harmoni dan keseimbangan

lambang suatu kesatuan energy yang kuasa

****

Membayangkan wajahmu jelita, aku sedih memekik tak bersuara dan tanpa raut muka

kini

Alam sudah tak perawan lagi

Pohon pohon ditebang untuk makan manusia yang lupa sedekah

Gunung gunung kini di keruk

di gerogoti dengan dinginnya mesin mesin baja

gunung di perjalanan kampungku jelita,

kini tinggal sebelah

kutanyakan pada saudara

katanya untuk pabrik

****

sementara ini

aku tidak bisa apa apa jelita, perutku masih lapar

dan bahkan di suatu waktu aku tak berdaya menolong perutku sendiri

alangkah bahagianya aku

jikalau tuhan mengizinkan aku menbuatkan danau untukmu

membuat kembali hutan hutan yang kini mulai berwarna hitam

melebarkan kembali garis garis pantai dan membebaskan kembali pulau pulau indah yang dijual

bagaimana jelita?

Kau tak perlu menjawabnya aku hanya ingin kau yakin padaku

Dengan keyakinanmu jelita , bukan halangan bagi diriku untuk mewujudkannya

Sebuah dunia yang engkau dambakan

Sebuah negeri yang damai dengan keharmonisan

Tanpa noda noda

Ya kan, jelita

YOGYAKARTA 6 APRIL 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline