Aku ingin menjadi ular agar kulit kulit kasarku menyerupa tameng rajanya raja
Menyelubungi tubuh mulusmu hangat bagai rumah kayu di pepinggiran danauloch ness
Jelita rupamu rupakan naluri perawan suci semesta alam
Yang dulu hijau tawarkan harmoni dan keseimbangan
lambang suatu kesatuan energy yang kuasa
****
Membayangkan wajahmu jelita, aku sedih memekik tak bersuara dan tanpa raut muka
kini
Alam sudah tak perawan lagi
Pohon pohon ditebang untuk makan manusia yang lupa sedekah
Gunung gunung kini di keruk
di gerogoti dengan dinginnya mesin mesin baja
gunung di perjalanan kampungku jelita,
kini tinggal sebelah
kutanyakan pada saudara
katanya untuk pabrik
****
sementara ini
aku tidak bisa apa apa jelita, perutku masih lapar
dan bahkan di suatu waktu aku tak berdaya menolong perutku sendiri
alangkah bahagianya aku
jikalau tuhan mengizinkan aku menbuatkan danau untukmu
membuat kembali hutan hutan yang kini mulai berwarna hitam
melebarkan kembali garis garis pantai dan membebaskan kembali pulau pulau indah yang dijual
bagaimana jelita?
Kau tak perlu menjawabnya aku hanya ingin kau yakin padaku
Dengan keyakinanmu jelita , bukan halangan bagi diriku untuk mewujudkannya
Sebuah dunia yang engkau dambakan
Sebuah negeri yang damai dengan keharmonisan
Tanpa noda noda
Ya kan, jelita
YOGYAKARTA 6 APRIL 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H