Lihat ke Halaman Asli

Meningkatkan Transparasi dan Akurasi Analisis Sentimen dengan Pendekatan Gabungkan

Diperbarui: 4 September 2024   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi analisis (Sumber : freepik.com)

Meningkatkan Transparansi dan Akurasi Analisis Sentimen dengan Pendekatan Gabungan

Dalam era digital saat ini, analisis sentimen telah menjadi salah satu alat penting dalam memahami opini publik, terutama yang diekspresikan melalui media sosial dan platform ulasan. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Petr Berka dalam artikelnya yang berjudul "Sentiment Analysis Using Rule-Based and Case-Based Reasoning" menyoroti pentingnya memahami pendekatan yang tepat dalam analisis sentimen. 

Berka menunjukkan bagaimana pendekatan berbasis aturan (rule-based) dan berbasis kasus (case-based) dapat digunakan secara efektif untuk mengkategorikan sentimen dalam teks. Pendekatan berbasis aturan, yang sangat terkait dengan sistem pakar, menawarkan keunggulan dalam hal transparansi dan kemudahan interpretasi, tetapi sering kali menghadapi tantangan dalam akuisisi pengetahuan dari ahli domain. Sementara itu, pendekatan berbasis kasus, yang lebih meniru cara manusia belajar dari pengalaman, menawarkan fleksibilitas lebih besar dalam menganalisis situasi baru, namun memerlukan pengukuran kesamaan yang kompleks untuk mencapai hasil yang akurat.

Dalam artikel tersebut, Berka menguraikan bahwa penggunaan pendekatan berbasis aturan dan berbasis kasus bukanlah hal baru dalam bidang kecerdasan buatan (AI), tetapi penggabungan keduanya dalam analisis sentimen dapat memberikan hasil yang lebih robust dan dapat diandalkan. 

Data dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi sentimen menggunakan metode berbasis aturan dapat mencapai akurasi hingga 85% dalam beberapa studi, sedangkan metode berbasis kasus menunjukkan hasil yang bervariasi tergantung pada ukuran dan kualitas basis data kasus yang digunakan.

Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, terutama dalam machine learning, kedua pendekatan ini dapat diintegrasikan untuk memberikan analisis yang lebih mendalam dan sesuai konteks. Penelitian ini, yang diterbitkan pada tahun 2020 di Journal of Intelligent Information Systems, menawarkan wawasan baru yang sangat relevan bagi para peneliti dan praktisi yang terlibat dalam analisis sentimen dan pengembangan sistem informasi berbasis AI.

***
Pendekatan berbasis aturan dalam analisis sentimen memiliki kekuatan dalam hal struktur dan keteraturan yang ditawarkannya. Sistem pakar, yang menjadi landasan dari pendekatan ini, menggunakan aturan IF-THEN yang memungkinkan sistem untuk menghubungkan input spesifik dengan output yang jelas. Misalnya, dalam sebuah penelitian oleh Reckman et al. (2013), penggunaan aturan berbasis kata kunci dalam menganalisis sentimen dari tweet menghasilkan akurasi yang cukup tinggi, terutama ketika aturan tersebut didukung oleh leksikon sentimen yang kuat. 

Namun, tantangan terbesar dari pendekatan ini adalah proses akuisisi pengetahuan. Mengumpulkan pengetahuan dari ahli domain dan mengonversinya menjadi aturan yang dapat diterapkan dalam sistem sering kali memakan waktu dan sulit, terutama ketika berurusan dengan konteks yang lebih kompleks atau data yang sangat bervariasi. Akibatnya, meskipun pendekatan ini dapat memberikan hasil yang akurat, keterbatasannya dalam hal skalabilitas dan fleksibilitas menjadi perhatian utama.

Sebaliknya, pendekatan berbasis kasus menawarkan cara yang lebih adaptif dan menyerupai cara manusia memecahkan masalah. Dalam pendekatan ini, sistem mengandalkan pengalaman masa lalu yang disimpan dalam bentuk kasus-kasus konkret untuk membuat keputusan. 

Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Ohana et al. (2012) menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan berbasis kasus, sistem dapat mengidentifikasi sentimen dalam ulasan produk dengan mempertimbangkan konteks yang lebih luas, seperti gaya penulisan dan pola kalimat.

Salah satu keuntungan utama dari pendekatan ini adalah kemampuannya untuk belajar dari data baru secara otomatis, yang memungkinkan sistem untuk terus berkembang seiring dengan bertambahnya kasus-kasus baru. Namun, kelemahan utamanya terletak pada kebutuhan untuk memiliki mekanisme pengukuran kesamaan yang sangat canggih. Jika pengukuran ini tidak tepat, hasil yang diperoleh mungkin tidak konsisten atau tidak akurat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline