Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Topani S

Penulis yang ingin berbagi kebaikan walaupun hanya sedikit.

Dia Yang Kumaafkan (Bagian 8)

Diperbarui: 26 Juni 2023   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Gambar, Pixabay.com

Berapa menit kemudian Ben's bicara, "Bram, yang dihadapi Mila masalah berat, dia nggak butuh dukungan moral atau semangat semata, kalau dari surat yang terakhir itu, Mila memerlukan tindakan nyata agar dia nggak semakin terpuruk Bram."

"Mila nggak boleh dibiarkan menanggung beban sendiri, aku yakin dia nggak kuat Bram", ujar Tigor untuk meyakinkanku.

Aku diam seribu bahasa, aku merasa diarahkan kedua sahabatku ini untuk menuju satu titik.

Tigor mulai mendesak, "Bram! Masalah besar, harus pula diatasi oleh orang-orang yang berjiwa besar, bukan seperti Firman atlit gulat, tapi kabur dari gelanggang, kau paham kan maksudku?!"

Saat itu jantungku berdegup kencang, "Jadi aku harus bagaimana?!"

Dengan suara lirih tapi tegas Ben's menjawab, "Bram, satu-satunya jalan kamu harus berani ambil keputusan besar untuk menikahi Karmila!

Aku tahu ini bukan kesalahanmu, tapi aku yakin Mila sangat membutuhkanmu Bram."

Saat itulah aku meneteskan air mata, karena apa yang mereka katakan benar...sejalan dengan keputusanku untuk menikahi Karmila, walaupun belum sempat kuutarakan pada mereka berdua.

Aku lega, sebenarnya aku hanya butuh dukungan mereka, "Baik, aku akan menikahi Mila...beri aku kesempatan untuk bicara dengan kedua orang tuaku."

Tigor dan Benyamin berbarengan menepuk-nepuk pundakku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline