Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Topani S

Penulis yang ingin berbagi kebaikan walaupun hanya sedikit.

Roti Tawar Vs Makanan Tradisional

Diperbarui: 24 Juni 2023   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar, Pngtree.

Ilustrasi Gambar. Lifestyle Okezone.

Ilustrasi Gambar, Rinaresep.com

Jauh sebelum Holland Bakery, Sari Roti atau roti tawar yang ada dimini market dipasarkan secara masif, saya sudah mengenal makanan ini, setidaknya sejak bermukim di Parikesit Balikpapan.

Saat itu awal tahun 70-an, setiap sore mobil colt warna biru dengan bak tertutup, dari pabrik roti Komperta (Komplek Pertamina) Karanganyar, berkeliling membagi-bagikan roti tawar secara gratis, kepada setiap penghuni rumah di Komplek tersebut.

Pembagian gratis makanan utama negeri Kincir Angin ini, jauh sebelumnya sudah dilakukan oleh BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij), Perusahaan Minyak Bumi yang dikelola oleh Belanda.

Jadi ini merupakan estafet kebijakan "Pemilik" lama, yang dilanjutkan oleh PERTAMINA saat itu.

Dengan suara lonceng kecil, mirip klenengan yang digantungkan dileher sapi, bunyi inilah sebagai pertanda roti sudah siap dibagikan, kepada penghuni Komplek.

Roti tawar atau 'Tafelbrood' (dlm Belanda), sudah diperkenalkan oleh Kolonial kepada Inlander (sebutan pribumi oleh Kolonial) sejak tahun 30-an.

Belanda saat itu memperkenalkan makanan ini, agar kaum Pribumi mengetahui, inilah makanan yang mempunyai cita-rasa tinggi (dengan beragam topingnya), dan menurut mereka beradab.

Bukan seperti makanan tradisioanl, Tiwul, Gatot, Intip (kerak nasi), Tempe, dan lain-lain, yang dianggapnya makanan yang tidak berkelas, atau kurang manfaat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline