Apalah arti senang atau cinta dengan seseorang, kalau tidak ada tindakan nyata untuk berani mengatakannya, hanya imajinasi liar yang menghantui seperti bayang-bayang hitam.
Dan aku tahu, bayang-bayang ini bisa menjadi penyakit. Penyakit yang membahayakan diriku dan masa depanku kelak.
"Huuh!". Kan ku-enyahkan bayang-mu dibenaku. Pasti..!
Dalam hal ini, akupun tak melupakan sepupu yang selalu memberi semangat saat mentalku terpuruk.
Dorongan semangat untuk bangkit dari kesia-siaan hayalan. Jangan menyerah, jangan cengeng, atasi dan hadapi kenyataan walaupun itu pahit, begitu nasehat sepupuku.
Dan sekarang, semua sudah berlalu...
***
Setelah duduk dibangku kelas 3, aku merasa tidak canggung lagi berbasa-basi dengan Karmila.
Aku semangat, dan sangat percaya diri...
Aku sering tertawa bahagia, bergaul dengan banyak teman disekolah, seperti layaknya anak-anak SMA saat itu.
Aku sudah kembali seperti semula, aku merasa sudah menemukan diriku yang dulu dengan kepribadian yang bijak, tangkas dan cerdas.
Waktu jam istirahat sekolah, Firman masih sering mengajak makan di Kantin. Dia ingin mentraktir sambil bercerita apa saja seperti anak-anak SMA pada umumnya.