Lihat ke Halaman Asli

Tradisi "Toron", Momentum Mudiknya Orang Madura Jelang Idul Adha

Diperbarui: 9 Agustus 2019   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SURAMADU PADAT - Ribuan motor pemudik melintas di Jembatan Suramadu, Selasa (21/8). Pagi hingga pukul 14.00 WIB) roda empat yang melintas sudah 5500an, sementara roda dua 22 ribu. Saat menjelang Idul Adha, Jembatan Suramadu selalu depenuhi pemudik yang menjalankan tradisi toron pulang ke kampung halaman di Madura. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

Malam itu udara di sekitar rumahku sangat dingin, perut pun keroncongan. Akhirnya, aku beranjak keluar rumah untuk mencari makan malam. Setelah keliling, hati pun terpesona dengan Sate Madura.

Memang, Sate Madura di tempatku itu sangat terkenal kelezatannya, dan itu langgananku. Bahkan, saya juga kenal dengan si bapak penjual sate itu. Kebetulan, saat itu hanya saya yang membeli sate, sehingga kami pun sempat bercanda sembari berdiskusi soal tradisi "Toron."

"Maaf nak, mulai nanti malam saya libur ya sampai habis lebaran Idul Adha, sudah waktunya toron," kata Pak Dul-sapaan akrab penjual sate itu tiba-tiba membuka pembicaraan. Kami pun larut dalam diskusi tradisi toron hingga akhirnya sate pesananku jadi.

Sepanjang perjalanan pulang, aku pun berpikir soal tradisi Toron itu. Ternyata, "Toron" itu adalah Bahasa Madura yang artinya dalam Bahasa Indonesia turun. Artinya di sini, turun dari atas ke bawah.

Secara kontekstual, tradisi Toron ini berarti orang Madura yang merantau ke luar daerah turun dari bus, pesawat, mobil atau pun sepeda motor yang ditumpanginya untuk pulang ke tanah kelahirannya, Madura.

Selain itu, tradisi Toron juga berarti pulangnya atau mudiknya orang Madura ke empat kabupaten yang ada di Madura, yaitu Kabupaten Bangkalan (yang paling barat), lalu Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan yang paling timur adalah Kabupaten Sumenep.

Orang-orang Madura saat hendak menyeberang di Suramadu/Foto by sentika.wordpress.com

Lebih luas lagi, makna tradisi Toron ini adalah "Toronan". Dalam Bahasa Indonesianya adalah turunan atau keturunan. Jadi, makna tradisi Toron yang sangat luas adalah upaya orang Madura dalam merawat keturunan keluarga atau trah, sehingga silaturrahmi ke rumah-rumah saudara selalu dilakukan setiap kali melakukan tradisi Toron.

Sebenarnya, tradisi Toron ini sangat melekat pada saat orang Madura hendak mudik pada saat Idul Adha. Namun belakangan, makna tradisi Toron ini semakin luas. Kini, tradisi Toron ini biasa digunakan ketika orang-orang Madura hendak mudik pada saat menjelang Idul Fitri dan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Setidaknya, tiga momen itu yang biasa dilakukan tradisi Toron oleh orang-orang Madura, yaitu menjelang Idul Adha, menjelang Idul Fitri dan Maulid Nabi. Pertanyaannya kemudian, kenapa melekat pada tiga momen istimewa ini?

Ya, bagi orang Madura, Idul Fitri itu merupakan kemenangan pertama setelah melaksanakan puasa sebulan penuh. Sebelum Hari Raya Idul Fitri, biasanya mereka akan sumbangan untuk menyembelih sapi atau kambing. Selain daging, biasanya mereka akan menyembelih ayam untuk dimasak pada Hari Raya Idul Fitri.

Pada saat memomen Hari Raya Idul Fitri, orang Madura biasanya pagi-pagi habis Sholat Subuh berbondong-bondong ziarah ke makam leluhurnya, tapi ada pula yang melakukannya setelah Sholat Idul Fitri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline