Pesta demokrasi Pilpres 2019 telah usai. KPU pun sudah resmi mengumumkan pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI. Sedangkan lawannya, Prabowo Subianto seakan sudah menerima kekalahannya itu, terbukti dia dan Jokowi sudah bertemu di MRT.
Pertemuan itu pun menuai pro dan kontra. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyambut gembira pertemuan itu karena dapat meredakan "panas"-nya Pilpres 2019. Namun, sebagian yang lain ternyata masih belum bisa move on.
Salah satunya adalah Persaudaraan Alumni (PA) 212 beserta gerbongnya, seperti FPI dan GNPF Ulama. Mereka pun menyerang Prabowo hingga bilang kurang beradab. Belakangan, mereka pun menarik dukungannya kepada Prabowo karena dinilai sudah tidak sejalan dengan perjuangannya.
PA 212 dan gerbongnya ini merupakan salah satu kelompok Islam yang aktif mendukung Prabowo-Sandi saat Pilpres 2019. Selama Pilpres 2019, mereka selalu melakukan "drama-drama politik" yang selalu mengusik perhatian publik.
Yang paling terkenal, mereka selalu menggelar Ijtimak ulama untuk menentukan berbagai sikap politiknya saat Pilpres 2019. Hingga kini, sudah tiga kali mereka menggelar Ijtima ulama dan pada hari ini, Senin (5/8/2019), kelompok ini kembali menggelar ijtimak ulama di Hotel Lorin Sentul, Bogor.
Panitia steering commite Ijtimak Ulama IV Bernard Abdul Jabbar menjelaskan ijtimak kali ini akan membahas hasil pilpres 2019 dan arah perjuangan umat ke depan, termasuk berbagai kegiatan yang dilakukan setelah pilpres.
Ia juga menjelaskan bahwa mereka akan bermusyawarah dengan sejumlah ulama dan tokoh masyarakat. Soal hasilnya apa dan bagaimana, ia mengaku akan diumumkan kepada publik nanti sore.
Emangnya mau bikin drama apa lagi? Akan kah gagal lagi?
Baca juga: Usai Bertemu Jokowi, Prabowo Diserang!
Ijtimak Ulama yang "Selalu Gagal"
Kenapa saya bilang selalu gagal? Karena kalau kita perhatikan dari pertama digelarnya Ijtimak Ulama, hasilnya kok selalu bleset. Mari kita rinci dan perhatikan satu persatu.