Lihat ke Halaman Asli

Soal Lidah Mertua, "Mungkinkah Pak Anies Meniru Surabaya?"

Diperbarui: 27 Juli 2019   07:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indahnya Surabaya dengan Lidah Mertuanya/Foto: jatimnow.com

Pagi itu, udara Surabaya sangat sejuk. Menghirupnya pun amat segar. Harum dedaunan dari tanaman di pinggir jalan begitu terasa di hidung. Senyum sang surya juga menghiasi ruang-ruang kosong kala itu. Kami benar-benar menikmati indah dan cantiknya Surabaya pagi itu.

Ya, saat itu saya sedang menemani saudara yang bermalam di salah satu hotel di pusat Kota Surabaya. Saudara ini sudah lama tinggal di Jakarta dan sedang liburan di Surabaya. Pagi harinya, kami berdua mencoba menyusuri pusat kota dengan memakai sepeda motor sembari pelan-pelan. Kala itu, kami mencoba melintas di depan Gedung Negara Grahadi hingga di depan Balai Kota Surabaya menuju ke arah timur.

Sesekali kami pun berhenti untuk sekadar mengabadikan momen pagi itu. Di tengah asyik foto-foto, tiba-tiba saudara ngajak "ngerasani"  atau ngomong tentang Jakarta dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Ini kan Lidah Mertua ya? Lho, di sini kok sudah banyak?" tanya dia heran sambil menunjuk Lidah Mertua yang berjajar banyak di pinggir jalan. Aku belum bergeming.  "Mungkinkah Pak Anies meniru Surabaya ya?" selorohnya lagi.  Aku pun kaget dihubung-hubungkan dengan Anies dan saya pun mencoba mengalihkan isu, karena lagi malas "ngerasani".

Namun, sepanjang perjalanan ke hotel saya berpikir. Apa iya Pak Anies meniru Surabaya? ah, tidak mungkin. Mana mungkin Pak Anies mencontoh Surabaya yang merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta? Mana mau Pak Anies meniru berbagai terobosan Surabaya? 

Kan referensi Pak Anies selalu luar negeri, bukan daerah-daerah di Indonesia? Berbagai pertanyaan pun muncul dibenakku. Ragam pertanyaan itu berusaha mengacaukan pikiranku pagi itu.

Tiba-tiba, angin segar menghantam mukaku, menyadarkanku dari lamunan. Aku pun berpikir bijak. Meskipun meniru memangnya kenapa? Apa salahnya? Tidak ada yang salah kok. Lagian, ilmu tentang cara-cara mengatasi polusi udara yang sedang "menyerang" Jakarta, banyak ditemukan di Mbah Google dan referensi lainnya. Jadi, tidak perlu meniru Surabaya.

Lidah Mertua di Surabaya

Satu sisi, saya juga tidak bisa menyalahkan saudara yang berpikir bahwa Anies meniru Surabaya dalam merencanakan Lidah Mertua. Sebab, di Surabaya memang banyak sekali Lidah Mertua yang sengaja di pasang di pinggir-pinggir jalan, terutama jalan-jalan yang biasanya padat dan cenderung macet jika pagi dan sore hari.

Lidah Mertua itu diletakkan dalam kaleng bekas yang disulap dengan cat warna-warni, sehingga terlihat lebih menarik dan unik. Di jalan-jalan utama Surabaya yang padat kendaraan, pemasangan kaleng bekas yang ada Lidah Mertuanya ini sangat banyak. Tanaman itu diletakkan berjajar, jaraknya kurang lebih satu meter di jalan-jalan utama Surabaya.

Setelah saya telusuri dari berbagai sumber, ternyata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sudah menyuruh anak buahnya untuk menanam Lidah Mertua itu sejak lima tahun lalu, yaitu 2014. Sebab, dia sudah paham bahwa tanaman Lidah Mertua merupakan salah satu cara untuk mengurangi polusi udara dan menekan suhu udara di perkotaan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline