Nama Prof. Dr. Ir. Johan Silas pasti sudah tidak asing lagi di telinga para arsitek nasional maupun internasional, urban planner dan aktivis permukiman, serta tata kota.
Meskipun ia lahir di Samarinda dan besar di kota lain, Prof Johan Silas mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk pengembangan tata kota Surabaya dan keberlanjutan lingkungannya.
Hingga saat ini, tercatat sudah sekitar 55 tahun dia mendampingi Pemerintah Kota Surabaya dalam menata sebuah kota. Tercatat sudah 7 Wali Kota Surabaya yang dia damping, termasuk yang terakhir adalah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Mungkin, dia satu-satunya tokoh arsitek di dunia yang aktif mengajar di kampus sekaligus aktif menyumbang ide dan pemikirannya kepada sebuah kota dengan jangka waktu selama 55 tahun.
Dalam suatu kesempatan, saya pernah diskusi dengan Prof Johan Silas dan beliau sempat menceritakan asal mula menjadi pendamping Wali Kota Surabaya hingga saat ini.
Pria kelahiran 24 Mei 1936 ini menceritakan pada tahun 1965, tepatnya ketika Raden Soekotjo ditunjuk menjadi Wali Kota Surabaya, ia diminta untuk mendampinginya.
Sebelum menjadi wali kota, Raden Soekotjo ini memang sudah kenal dengan Prof Johan Silas, sehingga dia meminta Prof Johan Silas untuk membuat perencanaan tata kota khusus Surabaya.
"Saya tidak mau tahu, pokoknya kamu yang buatkan rencana tata kota," kata Prof Johan Silas menirukan kata-kata Raden Soekotjo kala itu.
Sebenarnya, Prof Johan Silas sudah berhubungan dengan jajaran Pemkot Surabaya pada saat menyusun tugas akhir kuliah S1 nya.
Namun, ia baru terlibat lebih dalam ketika masanya Wali Kota Raden Soekotjo sekitar tahun 1965. Atas perintas Wali Kota Surabaya itu, akhirnya Prof Johan Silas menghimpun teman-temannya dari ITS, Unair dan IKIP waktu itu untuk menyusun rencana tata kota khusus Surabaya.
Dengan tim itu, akhirnya rencana tata kota selesai dan diresmikan oleh DRPD Surabaya. Setelah perencanaan kota selesai, profesor peraih penghargaan Habitat Scroll of Honour dari PBB ini kembali menyampaikan kepada jajaran Pemkot Surabaya bahwa tidak ada gunanya perencanaan kalau tidak ada yang melaksanakannya.