Isu harga elpiji naik membuat sebagian besar orang merasa resah. Bagaimana tidak, Pada era ini elpiji menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi skala rumah tangga maupun bisnis. Elpiji menjadi salah satu sumber energi yang dibutuhkan tiap masing-masing rumah, mengingat bahan kayu bakar maupun minyak tanah mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, ancaman bagi kita adalah keberadaan elpiji dan apakah bahan bakar ini bisa digunakan terus menerus hingga jangka panjang? Itulah yang menjadi perhatian kita bersama.
Baru-baru ini gempar berita kenaikan elpiji yang booming di berbagai media sosial maupun berita. Berita yang beredar terkait kenaikan harga elpiji tahun 2022, ditetapkan oleh pertamina sejak 25 desember 2021 lalu. Lantas bagaimana nasib kita sebagai pengguna elpiji untuk kebutuhan rumah tangga? Pengeluaran bulanan kan jadi naik? Bagaimana nasib kalangan menengah ke bawah? Mungkin itu yang menjadi bayang-bayang kita saat ini.
Baik kali ini kita akan gali bersama terkait berita yang beredar. Menurut pihak Pjs Corporate Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting menuturkan bahwa kenaikan harga LPG ini hanya untuk jenis nonsubsidi. Kenaikan harga ini disebabkan karena kenaikan harga kontrak atau Contract Price Aramco (CPA) LPG yang terus meningkat sepanjang tahun 2021. Meskipun demikian, dengan memperhitungkan trend kenaikan harga pasar (CPA) tadi, terkait penyesuaian harga LPG nonsubsidi akan tetap mempertimbangkan kondisi ekonomi masyarakat.
Kemudian bagaimana nasib gas melon (3 kg)? Dari pihak pertamina memastikan bahwa harga gas melon akan tetap sama dan mengacu pada Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah. Jadi, bagi kita yang menggunakan LPJ 3 kg tidak perlu khawatir lagi ya terkait kenaikan harga LPG.
Meskipun kenaikan harga LPG hanya pada jenis nonsubsidi. Namun, yang kita lihat dalam penggunaan elpiji nonsubsidi itu sendiri lebih banyak pada kalangan menengah ke atas maupun pedagang. Bagi kalangan menengah ke atas mungkin masalah yang timbul hanya dalam lingkup perekonomian keluarga. Namun apabila pedagang bagaimana? Ada kemungkinan pedagang akan menaikkan harga jualannya bukan? Pasti satu diantara kita bertanya-tanya, apabila kenaikan harga elpiji nonsubsidi naik kemudian apa yang dilakukan oleh pedagang?
Ketika harga LPG naik, yang terlintas dalam pikiran saya bahwa pedagang akan beralih ke LPG subsidi (LPG 3 kg) atau yang kita sebut gas melon. Melihat hal semacam itu, tentunya yang menjadi angan-angan kita ialah bagaimana keberadaan gas melon (3 kg) nantinya? Kemudian apakah gas melon akan tetap jatuh ke orang yang tepat (masyarakat menengah ke bawah)? atau justru malah menjadi keuntungan tambahan karena pendistribusiannya yang tidak tepat.
Silahkan bagi agan-agan yang memiliki solusi terkait keberadaan gas melon dan pendistribusian yang baik bagaimana, mohon dituliskan di kolom komentar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H